POKOK-POKOK DASAR PEMERSATU
THERAVADA DAN MAHAYANA
Pendahuluan
Dalam suatu faham, kepercayaan ataupun
agama tentunya memiliki ciri khas dalam ide, konsep ataupun ajarannya yang
membedakannya satu dengan yang lain. Meskipun dalam suatu faham, kepercayaan
ataupun agama tersebut memiliki aliran atau mazab atau tradisi yang beraneka
ragam, namun pastilah memiliki ciri khas, kesamaan beberapa konsep ajaran yang
mendasar yang menghubungan satu dengan yang lain sehingga aliran-aliran
tersebut masih dapat digolongkan dalam faham, kepercayaan ataupun agama induknya.
Buddhisme merupakan agama yang juga
tidak lepas dari keberagaman aliran ataupun tradisi. Mayoritas, terdapat dua
aliran atau tradisi dalam Buddhisme, yaitu Theravada dan Mahayana (dengan
mempertimbangkan Vajrayana merupakan bagian dari Mahayana). Digolongkannya
aliran Theravada maupun Mahayana sebagai bagian dari Buddhisme tidak lepas dari
adanya kesamaan yang mendasar dalam beberapa konsep ajaran yang merupakan inti
sari dari Buddha Dhamma.
Dalam tulisan kali ini, kita
disuguhkan persamaan pokok-pokok dasar yang terdapat dua aliran besar dalam
Buddhisme yang menjadi pemersatu keduanya. Pokok-pokok dasar pemersatu ini
terdapat dalam rumusan-rumusan yang sebelumnya telah dipelajari, disusun, dan
diterima oleh para rohaniawan khususnya yang tergabung dalam Dewan Sangha
Buddhis Sedunia.
Rumusan Oleh Dewan Sangha
Buddhis Sedunia
Pada tahun 1966, Dewan Sangha Buddhis Sedunia atau
World Buddhist Sangha Council (WBSC) terbentuk di Colombo, Sri Lanka pada bulan
Mei. WBSC merupakan organisasi internasional non-pemerintah yang keanggotaannya
terdiri dari sangha-sangha dari seluruh dunia.
WBSC memiliki perwakilan dari tradisi
Theravada, Mahayana, dan Vajrayana, yang berasal dari berbagai negara yaitu:
Australia, Bangladesh, Kanada, Denmark, Perancis, Jerman, Hong Kong, India,
Indonesia, Jepang, Korea, Macao, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Nepal, New
Zealand, Philipina, Singapura, Sri Lanka, Sweden, Taiwan, Thailand, Inggris dan
Amerika Serikat.
Pada Kongres WBSC Pertama, salah satu
pendirinya, Sekretaris-jendral, almarhum Y.M. Pandita Pimbure Sorata Thera
meminta Y.M. Walpola Rahula untuk memberikan rumusan ringkas untuk
mempersatukan tradisi-tradisi yang berbeda, yang kemudian secara bulat
disetujui oleh Dewan.
Inilah sembilan
“Pokok-Pokok Dasar Pemersatu Theravada dan Mahayana”:
1.
Sang Buddha hanyalah satu-satunya Guru dan Penunjuk Jalan.
2.
Kami berlindung dalam Tiratana (Buddha, Dhamma, dan Sangha).1
3.
Kami tidak mempercayai dunia ini diciptakan dan diatur oleh
tuhan.2
4. Kami mengingat bahwa tujuan hidup adalah mengembangkan
belas kasih untuk semua makhluk tanpa diskriminasi dan berusaha untuk kebaikan,
kebahagiaan, dan kedamaian mereka; dan untuk mengembangkan kebijaksanaan yang
mengarah pada perealisasian Kebenaran Tertinggi.Kami menerima Empat Kebenaran
Arya, yaitu dukkha, penyebab timbulnya dukkha, padamnya dukkha, dan jalan menuju
pada padamnya dukkha; dan menerima hukum sebab dan akibat (Paticcasamuppada/
Pratityasamutpada).
5. Segala sesuatu yang berkondisi (sankhara / samskara)
adalah tidak kekal (anicca / anitya) dan dukkha, dan segala sesuatu yang
berkondisi dan yang tidak berkondisi (dhamma) adalah tanpa inti, bukan diri
sejati (anatta / anatma).
6. Kami menerima Tigapuluh Tujuh (37) kualitas yang membantu
menuju Pencerahan (Bodhipakkhika Dhamma / Bodhipaksa Dharma) sebagai segi-segi
yang berbeda dari Jalan yang diajarkan oleh Sang Buddha yang mengarah pada
Pencerahan.
7. Ada tiga jalan mencapai bodhi atau Pencerahan: yaitu
sebagai Savakabuddha / Sravakabuddha, sebagai Paccekabuddha / Pratyekabuddha,
dan sebagai Samyaksambuddha / Sammasambuddha. Kami menerimanya sebagai yang
tertinggi, termulia dan terheroik untuk mengikuti karir Bodhisattva dan untuk
menjadi seorang Sammasambuddha dalam rangka menyelamatkan makhluk lain.3
8. Kami mengakui bahwa di negara yang berbeda terdapat
perbedaan pandangan kepercayaan-kepercayaan dan praktik Buddhis. Bentuk dan
ekspresi luar ini seharusnya tidak boleh dicampuradukkan/dikelirukan (perlu
dipisahkan) dengan esensi/inti ajaran-ajaran Sang Buddha.
Perluasan Rumusan
Pada tahun 1981 Y.M. Walpola Sri
Rahula mengajukan alternatif rumusan yang mengacu pada 9 dasar dalam rumusan
terdahulu. Rumusan tersebut berisi:
1. Apapun aliran,
kelompok atau sistem kami, sebagai Buddhis kami semua menerima Sang Buddha
sebagai Guru kami yang memberikan kami ajaranNya.
2. Kami semua
berlindung pada Tiga Permata (Tiratana): Sang Buddha, Guru kami; Dhamma,
ajaranNya; dan Sangha, Komunitas para Arya (suciwan). Dengan kata lain, kami
berlindung pada Pengajar, Pengajaran, dan Hasil Pengajaran.
3. Baik Theravada
ataupun Mahayana, kami tidak mempercayai bahwa dunia ini diciptakan dan diatur
oleh tuhan atas kehendaknya.
4. Mengikuti
keteladanan Sang Buddha, Guru kami yang merupakan perwujudan dari Belas kasih
Agung (Maha Karuna) dan Kebijaksanaan Agung (Maha Prajna), kami menyadari bahwa
tujuan dari hidup adalah untuk mengembangkan belas kasih bagi semua makhluk
hidup tanpa diskriminasi dan untuk bekerja untuk kebaikan, kebahagiaan, dan
kedamaian mereka; dan untuk mengembangkan kebijaksanaan yang mengarah pada
realisasi Kebenaran Tertinggi.
5. Kami menerima
Empat Kebenaran Mulia yang diajarkan oleh Sang Buddha, yaitu, Dukkha, kebenaran
bahwa keberadaan kita di dunia ini berada dalam kesukaran, tidak kekal, tidak
sempurna, tidak memuaskan, penuh dengan konflik; Samudaya, kebenaran bahwa
kondisi-kondisi ini merupakan hasil dari sifat egois kita yang mementingkan
diri sendiri berdasarkan pada ide yang salah mengenai diri; Niroda, kebenaran
bahwa adanya kepastian akan kemungkinan pelepasan, pembebasan, kemerdekaan dari
kesukaran ini dengan pemberantasan secara total sifat egois yang mementingkan
diri sendiri; dan Magga, kebenaran bahwa pembebasan ini dapat dicapai melalui
Jalan Tengah yang terdiri dari delapan faktor, yang mendorong ke arah
kesempurnaan akan kemoralan (sila), disiplin mental (samadhi), dan
kebijaksanaan (panna).
6. Kami menerima
hukum semesta sebab akibat yang terdapat dalam Paticcasamuppada (Skt.
Pratityasamutpada, Sebab Musabab Yang Saling Bergantungan), dan oleh karena itu
kami menerima bahwa segala sesuatu bersifat relatif, saling berhubungan, saling
berkaitan dan tidak ada yang mutlak, tetap, dan kekal di alam semesta ini.
7. Kami memahami,
berdasarkan pada ajaran Sang Buddha, bahwa segala sesuatu yang berkondisi
(sankhara) adalah tidak kekal (anicca), tidak sempurna dan tidak memuaskan
(dukkha), dan segala sesuatu yang berkondisi dan tidak berkondisi (dhamma)
adalah bukan diri/ tanpa inti (anatta).
8. Kami menerima
Tigapuluh Tujuh kualitas yang berguna bagi pencapaian Pencerahan (Bodhipakkhiya
Dhamma) sebagai beragam aspek yang berbeda dari Jalan yang diajarkan oleh Sang
Buddha yang mendorong ke arah Pencerahan, yaitu:
a) Empat Bentuk
Landasan Perhatian Benar (Pali: satipatthana; Skt. smrtyupasthana);
b) Empat Daya Upaya
Benar (Pali. sammappadhana; Skt. samyakpradhana);
c) Empat Dasar
Kekuatan Batin (Pali. iddhipada; Skt. rddhipada);
d) Lima Macam
Kemampuan (indriya: Pali. saddha, viriya, sati, samadhi, panna; Skt. sraddha,
virya, smrti, samadhi, prajna);
e) Lima Macam
Kekuatan (bala: saddha, viriya, sati, samadhi, panna; Skt. sraddha, virya,
smrti, samadhi, prajna);
f) Tujuh Faktor
Pencerahan Agung (Pali. bojjhanga; Skt. bodhianga);
g) Delapan Ruas pada
Jalan Mulia (Pali. ariyamagga; Skt. aryamarga).
h) Ada tiga jalan
untuk mencapai Bodhi atau Pencerahan Agung berdasarkan pada kemampuan/kecakapan
dan kapasitas dari masing-masing individu, yaitu: sebagai seorang Sravaka (Yang
melaksanakan ajaran Sammasambuddha ), sebagai seorang Pratyekabuddha (Buddha
Yang tidak memberikan pengajaran) dan sebagai seorang Samyaksambuddha (Buddha
Yang Sempurna). Kami menerima jika mengikuti karir seorang Boddhisattva adalah
untuk menjadi seorang Samyaksambuddha dalam rangka menyelamatkan yang lain,
merupakan sesuatu yang tertinggi, mulia dan paling heroik. Tetapi ketiga
kondisi ini berada dalam Jalan yang sama, tidak berada dalam jalan yang
berbeda. Sesungguhnya, Sandhinirmocana Sutra, salah satu sutra Mahayana yang
penting, secara jelas dan tegas mengatakan bahwa mereka yang mengikuti garis
Sravaka-yana (Wahana Sravaka) atau garis Pratyekabuddha-yana (Wahana
Pratyekabuddha) atau garis Para Tathagata (Mahayana) mencapai Nibbana tertinggi
dengan Jalan yang sama, dan oleh karena itu bagi mereka semua hanya ada satu
Jalan Pemurnian (visuddhi-marga) dan hanya satu Pemurnian (visuddhi) dan tidak
ada yang lain, dan oleh karena itu mereka bukanlah jalan yang berbeda dan pemurnian
yang berbeda, dan oleh karena itu Sravakayana dan Mahayana merupakan Satu Wahana, Satu Yana
(eka-yana) dan bukanlah wahana atau yana yang berbeda.
i) Kami mengakui
bahwa dalam negara-negara yang berbeda ada perbedaan mengenai tata cara hidup
dari para biarawan Buddhis, kepercayaan dan praktik, upacara dan ritual-ritual,
seremonial, adat istiadat dan kebiasaan umat Buddha yang bersifat umum. Bentuk
eksternal (luar) dan ekspresi ini semestinya tidak boleh
dicampuradukkan/dikelirukan (perlu dipisahkan) dengan esensi/inti ajaran-ajaran
Sang Buddha.
Rumusan Lain
Ada beberapa tokoh ataupun sarjana
Buddhis yang juga merumuskan persamaan ajaran antara Theravada dan Mahayana
yang isinya sebagian besar sama dengan rumusan WBSC.
Y.M. K. Sri Dhammananda memberikan rumusan
seperti berikut:
1. Kedua aliran
menerima Buddha Sakyamuni sebagai Guru.
2. Empat Kebenaran
Arya adalah sama persis dikedua aliran.
3. Jalan Utama
Berunsur Delapan adalah sama persis dikedua aliran.
4. Paticcasamuppada
atau ajaran akan Sebab-Musabab Yang Bergantungan adalah sama persis dikedua
aliran.
5. Kedua aliran
menolak ide akan “makhluk tertinggi” yang menciptakan dan mengatur dunia ini.
6. Kedua aliran
menerima Anicca, Dukkha, Anatta dan Sila, Samadhi, Panna tanpa adanya
perbedaan.
Rumusan dari Oo Maung:
1. Kesamaan dalam
menerima Empat Kebenaran Arya.
2. Kesamaan dalam
menerima Jalan Utama Berunsur Delapan.
3. Kesamaan dalam
menerima Paticcasamuppada atau Sebab-Musabab Yang Bergantungan.
4. Kesamaan dalam
menerima Anicca, Dukkha, Anatta.
5. Kesamaan dalam
menerima Sila, Samadhi, Panna.
6. Kesamaan dalam
menolak konsep tuhan tertinggi.
Rumusan dari Tan Swee Eng:
1. Buddha Sakyamuni
merupakan pendiri Buddhisme yang asli dan berdasarkan sejarah.
2. Tiga Corak
Universal (Dukkha, Anica, dan Anatta), Empat Kebenaran Arya, Jalan Utama
Berunsur Delapan, dan 12 rantai Sebab-Musabab Yang Bergantungan, merupakan
fondasi dasar bagi seluruh aliran Buddhisme termasuk aliran Tibet dari
Vajrayana.
3. Tiga unsur latihan
yaitu Kemoralan (sila), Meditasi (samadhi) dan Kebijaksanaan (prajna) adalah
hal yang universal bagi semua aliran.
4. Pengorganisasian
Ajaran Buddha / Dharma terbagi menjadi tiga klasifikasi (Sutra/Sutta, Vinaya,
dan sastra) terdapat pada kanon Buddhis di berbagai negara.
5. Konsep pikiran
melampaui materi. Pikiran sebagai hal yang mendasar dari penjinakan dan kontrol
adalah hal yang fundamental bagi semua aliran.
Penutup
Dengan rumusan pokok-pokok dasar
pemersatu ini, diharapkan kita dapat memahami ciri khas ajaran yang ada dalam
Buddhisme yang membedakan agama besar ini dengan agama atau kepercayaan lainnya
yang ada di dunia. Kita dapat memahami bahwa meskipun terdapat perbedaan antar
aliran, namun memiliki ajaran pokok yang sama yang apabila diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari dapat mengarahkan kita pada akhir penderitaan, Nibbana /
Nirvana.
-oOo-
Catatan:
1 Berlindung dalam Ti Ratana bukan
berarti berserah diri. Buddha dalam pengertian Guru pembimbing, dimana
Sakyamuni Buddha adalah Buddha Sejarah. Dan Buddha dalam pengertian Kesadaran.
Dhamma dalam pengertian Kebenaran ataupun Ajaran Buddha. Sangha dalam
pengertian persaudaraan / perkumpulan para Bhikkhu Arya.
2 Tuhan yang dimaksud adalah yang
memiliki definisi: berpersonal, pencipta semesta, prima causa, ayah/ibu dari
semua makhluk, paramatman, yang maha segalanya.
3 Savakabuddha: pencapaian
Pencerahan melalui mendengar ajaran dari Sammasambuddha. Paccekabuddha: pencapaian Pencerahan dengan
usaha sendiri tanpa mengajar. Sammasambuddha: pencapaian pencerahan dengan
usaha sendiri dan mengajar.
Literatur:
-
The Heritage of the Bhikkhu; Walpola Rahula; New York, Grove
Press, 1974; hal. 100, 137-138.
-
Two Main Schools of Buddhism; K. Sri Dhammananda;
Brickfields, Kuala Lumpur.
-
Common Ground Between Theravada and Mahayana Buddhism; Tan
Swee Eng; www.buddhanet.net
-
Theravada Versus Mahayana; Oo Maung, 2006
Disusun
oleh: Bhagavant.com
Catatan :
Berdasarkan rumusan “Pokok-Pokok
Dasar Pemersatu Theravada dan Mahayana” yang telah disepakati oleh WBSC
tersebut diatas, maka kita dapat dengan mudah mengetahui bahwa apapun aliran/sekte
yang mengaku sebagai kelompok Buddhisme tapi didalam pengajarannya “Keluar”
dari jalur rumusan tersebut diatas, dapatlah di pastikan bahwa aliran/sekte
tersebut bukan merupakan kelompok Buddhisme. (Aliran sesat).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar