Jumat, November 09, 2012

Dosa : Kebencian (8)


8. DOSA
(Kebencian)

Kemarahan atau pikiran kejam disebut dosa (kebencian). Dosa tidak hanya bersifat kejam, tetapi juga mengotori pikiran. Dosa tidak hanya liar dan kasar, tetapi juga menekan dan mengakibatkan kepribadian rendah dan penuh ketakutan. Itu semua ada dalam kategori dosa atau kebencian (niat buruk).

Secara singkat, dukacita, kesedihan, ketakutan, tertekan, amarah, dendam, menggertak, menyerang, merencanakan pembunuhan, semua ini adalah dosa.

Karena dosa muncul bersama ketakutan dan kekejaman, orang yang marah dan kejam sebenarnya juga mudah merasa takut. Hati-hati dengan orang semacam itu. Kekejaman merupakan kebencian yang memuncak, sementara ketakutan merupakan kebencian yang menciut.

Kisah seorang Wanita
Di India, ada seorang gadis yang menderita akibat kebencian. Cerita berikut disajikan bukan hanya untuk menjernihkan pengertian akan dosa, tetapi juga untuk mengingatkan para orang tua yang suka memaksa anaknya untuk menikah tanpa kerelaan sang anak sendiri, tanpa cinta di antara mempelai.

Alkisah ada seorang pemuda dan seorang gadis yang belum pernah bertemu dan saling kenal. Mereka ditunangkan dan di nikahkan oleh orang tua mereka. Walaupun wanita itu melakukan tugasnya sebagai seorang istri dengan baik, tetapi suaminya tidak menghargai jasanya dan tidak pernah mencintainya dengan tulus. Wanita itu mulai kecewa karena suaminya tidak pernah peduli betapapun ramahnya dia melayani suaminya. Dia tidak bahagia dan sering merasa putus asa. Sang Suami yang tidak menyayangkan kehilangan istrinya, ketika melihat kesedihan istrinya malah bertambah benci dan berlaku kasar. Meskipun dia tidak merasa puas dengan kelakuan suaminya, tidak ada pilihan lain bagi dirinya, dia terus menjalankan tugas rumah tangganya.

Bagaimanapun juga, dia bukanlah seonggok batu mati, tetapi seorang makhluk yang memiliki perasaaan. Dia mencoba beberapa kali untuk bunuh diri. Walaupun ia banyak menderita, kecewa, tidak bahagia, dan penuh ketakutan, dia menanggung derita itu sampai dia memiliki dua anak. Namun akhirnya penderitaan itu tak dapat dipikulnya lagi, dia menulis sepucuk surat berikut kepada suaminya yang sedang pergi berdagang.

“ Suamiku, meskipun kamu telah menjadi pendamping hidupku karena amanat orang tua, aku sangat mencintaimu dan berusaha untuk mendapatkan cintamu. Namun semua itu sia-sia. Aku dituduh berlaku tidak jujur dan menyembynyikan kesalahanku; aku sangat kecewa dan beberapa kali mencoba untuk bunuh diri, tetapi selalu gagal karena kedua anakku. Saat ini, tidak ada gunanya lagi aku hidup. Setelah menulis surat ini, aku akan mencabur nyawaku sendiri, setelah menaruh racun dalam makanan anak-anakku.”

Setelah membaca surat tersebut, sang suami teringat akan kebaikan istrinya dan bergegas kembali kerumah. Sesampai di rumah dia hanya menemukan tiga mayat tergeletak di lantai. Merasa menyesal atas kelakuannya kepada istrinya, dia menembak kepalanya sendiri. Dalam cerita ini dosa adalah yang paling dominan. Ketika seseorang berada dalam situasi demikian, dia seharusnya berpikiran luas dan memperlakukan istri dengan layak.

(Sumber Buku : Abhidhamma sehari-hari- Ashin Janakabhivamsa)


Selanjutnya == > Makkha :Tidak Tahu Budi
Sebelumnya  <== Mana :Kesombongan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar