8. DOSA
(Kebencian)
Kemarahan atau pikiran kejam disebut dosa
(kebencian). Dosa tidak hanya bersifat kejam, tetapi juga mengotori
pikiran. Dosa tidak hanya liar dan kasar, tetapi juga menekan dan mengakibatkan
kepribadian rendah dan penuh ketakutan. Itu semua ada dalam kategori dosa atau
kebencian (niat buruk).
Secara singkat, dukacita, kesedihan,
ketakutan, tertekan, amarah, dendam, menggertak, menyerang, merencanakan
pembunuhan, semua ini adalah dosa.
Karena dosa muncul bersama ketakutan
dan kekejaman, orang yang marah dan kejam sebenarnya juga mudah merasa takut.
Hati-hati dengan orang semacam itu. Kekejaman merupakan kebencian yang
memuncak, sementara ketakutan merupakan kebencian yang menciut.
Kisah seorang Wanita
Di India, ada seorang gadis yang
menderita akibat kebencian. Cerita berikut disajikan bukan hanya untuk
menjernihkan pengertian akan dosa, tetapi juga untuk mengingatkan para orang tua
yang suka memaksa anaknya untuk menikah tanpa kerelaan sang anak sendiri, tanpa
cinta di antara mempelai.
Alkisah ada seorang pemuda dan seorang
gadis yang belum pernah bertemu dan saling kenal. Mereka ditunangkan dan di
nikahkan oleh orang tua mereka. Walaupun wanita itu melakukan tugasnya sebagai
seorang istri dengan baik, tetapi suaminya tidak menghargai jasanya dan tidak
pernah mencintainya dengan tulus. Wanita itu mulai kecewa karena suaminya tidak
pernah peduli betapapun ramahnya dia melayani suaminya. Dia tidak bahagia dan
sering merasa putus asa. Sang Suami yang tidak menyayangkan kehilangan
istrinya, ketika melihat kesedihan istrinya malah bertambah benci dan berlaku
kasar. Meskipun dia tidak merasa puas dengan kelakuan suaminya, tidak ada pilihan
lain bagi dirinya, dia terus menjalankan tugas rumah tangganya.
Bagaimanapun juga, dia bukanlah
seonggok batu mati, tetapi seorang makhluk yang memiliki perasaaan. Dia mencoba
beberapa kali untuk bunuh diri. Walaupun ia banyak menderita, kecewa, tidak
bahagia, dan penuh ketakutan, dia menanggung derita itu sampai dia memiliki dua
anak. Namun akhirnya penderitaan itu tak dapat dipikulnya lagi, dia menulis
sepucuk surat berikut kepada suaminya yang sedang pergi berdagang.
“ Suamiku, meskipun kamu telah menjadi
pendamping hidupku karena amanat orang tua, aku sangat mencintaimu dan berusaha
untuk mendapatkan cintamu. Namun semua itu sia-sia. Aku dituduh berlaku tidak
jujur dan menyembynyikan kesalahanku; aku sangat kecewa dan beberapa kali
mencoba untuk bunuh diri, tetapi selalu gagal karena kedua anakku. Saat ini,
tidak ada gunanya lagi aku hidup. Setelah menulis surat ini, aku akan mencabur
nyawaku sendiri, setelah menaruh racun dalam makanan anak-anakku.”
Setelah membaca surat tersebut, sang
suami teringat akan kebaikan istrinya dan bergegas kembali kerumah. Sesampai di
rumah dia hanya menemukan tiga mayat tergeletak di lantai. Merasa menyesal atas
kelakuannya kepada istrinya, dia menembak kepalanya sendiri. Dalam cerita ini
dosa adalah yang paling dominan. Ketika seseorang berada dalam situasi
demikian, dia seharusnya berpikiran luas dan memperlakukan istri dengan layak.
(Sumber Buku :
Abhidhamma sehari-hari- Ashin Janakabhivamsa)
Selanjutnya == > Makkha :Tidak Tahu Budi
Sebelumnya <== Mana :Kesombongan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar