14.
VICIKICCHA
(Keragu-raguan)
Ragu-ragu atau sangsi kepada Buddha, Dhamma dan Sangha
adalah Vicikiccha, dalam ketidakmantapan antara percaya dan tidak percaya,
contoh vicikiccha adalah :
- Apakah
Buddha benar-benar ada ?
- Bisakah
seseorang mencapai Nibbana jika mengikuti Jalan Ariya Berunsur Delapan ?
- Apakah dia
seorang bhikkhu yang berperilaku baik (alih-alih melihat bhikkhu adalah
seorang yang berperilaku baik.
- Dapatkah
kita mendapatkan manfaat dari praktik sila ?
- Apakah kita
memiliki kehidupan lampau atau apakah kita diciptakan oleh Tuhan yang
Abadi?
- Apakah
kehidupan berikutnya itu ada ? apakah kematian adalah akhir dari
segala-galanya ?
- Dapatkah
perbuatan baik dan buruk berpengaruh pada rangkaian khandha seseorang pada
kehidupan mendatang? (ragu terhadap Kamma).
- Dapatkah
seseorang menikmati manfaat perbuatan baik ? (Ragu terhadap akibat kamma)
- Apakah benar
bahwa karena avijja (ketidaktahuan) timbullah sankhara (perbuatan
berkehendak atau bentukan mental)? (Ragu terhadap Paticcasamuppada, Hukum
sebab musabab yang Saling Bergantungan).
Oleh karena itu, hanya keragu-raguan terhadap Buddha, Dhamma
dan Sangha yang harus dimengerti sebagai vicikiccha.
Keragu-Raguan yang Bukan Vicikiccha
Keraguan akan arti suatu kata atau kalimat, atau ragu akan
jalan mana yang harus ditempuh dalam perjalanan, dan semacamnya, bukanlah
termasuk vicikiccha. Bahkan seorang Araha kadang ragu dengan pengertian Vinaya
, apakah suatu tindakan sesuai dengan Vinaya atau tidak. Dalam kasus ini, hal
itu bukanlah vicikiccha. Hal itu adalah perkiraan dan pemikiran sederhana,
vitakka. Hanya keraguan terhadap Buddha, Dhamma dan Sangha yang termasuk dalam
vicikiccha.
Ketika keragu-raguan muncul, langkah yang terbaik adalah
bertanya kepada mereka yang terpelajar. Hanya dengan begitulah akan timbul
keyakinan dan rasa hormat kepada Tiga Permata.
Kesimpulan :
Bab ini telah membahas tentang akusala cetasika (faktor
mental buruk) yang mencemari pikiran. Akusala cetasika hadir dalam arus
kesadaran setiap orang. Kita sering mendengar dan melihat kekuatan kejahatan
seperti : Keserakahan, kebencian, kesombongan, dan lain-lain. Karena akusala
cetasika, seluruh dunia penuh dengan kekacauan dan kekejaman. Kita bahkan
menjumpai berbagai kejahatan tersebut di dalam diri kita sendiri.
Dengan kekuatan usaha saya untuk menjernihkan sifat akusala
cetasika yang mencemari pikiran, semoga saya mampu mengurngi faktor-faktor
mental buruk dalam diri saya. Semoga semua teman saya, tak pandang soal umur
atau status,mampu mengembangkan pikiran yang baik ! Semoga para pembaca dapat
memelihara pikiran yang baik, niat yang baik sertas pemikiran yang baik.
Dari pemberian saya mengenai faktor-faktor mental negatif,
semoga banyak orang yang mengubah pikiran dan sikap mereka menjadi lebih baik.
Semoga saya mampu menyingkirkan semua faktor mental buruk, kejahatan, serta
ketidakmurnian pikiran dalam kehidupan mendatang. Semoga teman-teman saya mampu
mengembangkan pikiran yang baik dan merealisasi Nibbana dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya. [Th].
Sumber :
Abhidhamma sehari-hari Bab II. hal 13-78 _ Oleh : Ashin Janakabhivamsa.
salam kenal pak...sy bukan orang budhis, tapi akhir-akhir ini sy sangat tertarik dg budhis, dan sy menemukan blog ini, sy ingin mendalami budhis dan blog ini sangat lengkap sekali, tapi pak ada yg kurang berkenan di blog ini yaitu ada suara musiknya, bagaimana cara menghentikan suara musiknya pak?..supaya sy lebih konsentrasi lg dalam membacanya..
BalasHapusmohon maaf bila komentar sy tidak berkenan di hati bapak..
semoga semua makhluk bahagia..
Terima kasih atas kunjungannya ke Blog ini, Salam kenal juga dari saya.
BalasHapusMengenai musik tersebut sebenarnya bisa di "Pause" dan di "Play" oleh Anda, tombol tersebut tepat dibawah judul lagu " Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta" tsb.Tombol berbentuk kotak (sebelah kanan)adalah untuk 'STOP'.
Demikian keterangan yang dapat saya berikan, selamat mencoba :)
Terima kasih.
Salam damai dan sejahtera selalu.
Tanhadi