7.
MANA
(Kesombongan)
Kecongkakan dalam istilah Pali disebut Mana
(sombong, angkuh). Orang-orang yang memiliki mana cenderung bersikap sombong,
memandang sebelah mata. Ketika mereka unggul dalam status, kekayaan,
pengetahuan, kesehatan, dan lain-lain, mereka berpikir tinggi akan dirinya
sendiri dan memandang rendah orang lain. Ketika status, kekayaan, dan
pengetahuan mereka sejajar dengan orang lain, mereka masih mempunyai alasan
untuk menunjukkan kesombongan : " Orang lain tak ada bedanya dengan kita,
kita juga punya seperti yang mereka miliki." dan tetap saja mereka akan
sombong. Ketika status, kekayaan, dan kesehatan mereka lebih rendah dari orang
lain, alasan mereka, " Kita tidak perlu menghiraukan status atau kekayaan
mereka, kita makan apa yang kita punya, mendaptkan dari hasil keringat kita
sendiri. Mengapa kita harus bersimpuh di hadapan mereka?". Meski mereka
lebih rendah, tetap saja mereka bersikap sombong.
Bentuk Umum Keangkuhan dan Bagaimana
Mengenyahkannya.
Jati-mana : Congkak karena
kelahiran atau kasta.
Dewasa ini masih ada beberapa orang
yang dikenal karena kelahirannya.Bagaimanapun juga, kelahiran bukanlah sesuatu
yang pantas disombongkan, untuk di bualkan, untuk berpikir orang lain hina,
inferior, atau berkasta rendah. Sekalipun seseorang dilahirkan dalam keluarga
yang luhur atau berdarah biru, jika dia ramah, sopan dan lembut kepada yang
miskin, dia akan lebih dihormati dan dicintai. Ada juga yang berkilah, "
Keakraban bisa membuat hina." benar, orang kasar mungkin menunjukkan rasa
tidak hormat kepada anda. Jika demikian, itu adalah kesalahan mereka sendiri,
dan mereka akan mendapatkan akibat yang tidak menyenangkan. Jadi, anda harus
penuh pertimbangan dan berhati-hati untuk tidak menyombongkan kelahiran anda.
Dhana-mana : Congkak
karena memiliki materi.
Dewasa ini banyak orang kaya yang
tidak mau bergaul dengan orang miskin. Mereka berpikir bahwa dirinyalah yang
paling kaya. Pepatah lama mengatakan, : Tidak pernah melihat sungai besar, anak
sungai dianggap yang terbesar.". Namun jika mereka terbuka dan baik kepada
orang miskin, tidakkah mereka akan lebih dihormati? Bahkan mereka akan ditolong
ketika dalam bahaya. Eajah tersenyum dan ucapan lembut bisa menjadi obat
mujarab bagi orang miskin.
Oleh karena itu, kemakmuran yang telah
diperoleh pada kehidupan ini karena kedermawanan pada kehidupan lampau, tidak
semestinya menjadi dasar mana yang akan menuntun kita menuju tataran yang lebih
rendah pada kehidupan mendatang. Orang kaya harus berjuang dengan cara-cara
yang terhormat untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat dan menyediakan bantuan
bagi mereka. Limpahan harta dalam kehidupan sekarang bisa menghadapi banyak
marabahaya. Sekalipun bisa terhindar dari marabahaya, harta hanya bisa
digunakan pada kehidupan sekarang.
"
Kekayaan yang dimiliki raja, tinggal di istana emas, lengkap dengan
kebesarannya, dikelilingi para menteri dan anggota istana, adalah seperti
gelembung busa yang muncul sejenak di permukaan laut". (
Anantasuriya)
Panna-mana : Congkak
karena pendidikan yang dicapai.
Pengetahuan adalah suatu modal untuk
memberikan pendidikan apa yang pantas dan apa yang tidak pantas, dan bagaimana
hidup berbudaya serta berhubungan sosial dengan orang lain. Bagaimanapun juga,
sungguh memalukan jika kita sombong hanya karena pendidikan dan kelulusan
akademik. Pendidikan adalah sesuatu yang dipelajari dari orang lain dan bukan
hal yang terlalu luar biasa. Setiap orang bisa mendapatkan pendidikan formal
jika diberi kesempatan untuk belajar dari guru yang baik.
Ketika kita bertemu dengan seorang
yang buta huruf dan sangat dungu, janganlah bersikap sombong dan memandang
rendah, sebaliknya kita harus bersikap baik dan berusaha memberikan suatu
pendidikan kepada mereka. Suatu ketika ada seorang kepala Vihara yang sangat
terpelajar, beliau sangat terkenal baik dalam pengetahuan umum maupun naskah
Dhamma, ini dikarenakan pada kehidupan sebelumnya beliau selalu membagi
pengetahuannya. Oleh karena itu, kita harus menggunakan pendidikan kita agar
bermanfaat bagi kita di dalam samsara.
Dua Cara Memperoleh
Pengetahuan
Karena pelatihan kerja dimaksudkan
demi penghidupan, hal ini tidak membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Namun bagi
para bhikkhu yang belajar Kanon Pali, ada dua cara yang bisa diikuti.
Cara Rendah
Belajar naskah Pali dengan
keserakahan, kebencian, dan kesombongan. Belajar dengan pengharapan : "
Kalau aku jadi terpelajar, aku akan jadi terkenal; jumlah penyantunku akan
meningkat; aku akan mendapatkan makanan enak, jubah bagus, dan mendapatkan
vihara; aku harus lebih tinggi dari orang lain, aku tidak akan peduli dengan siapapun,
aku bisa melakukan apa yang kumau." Setelah menamatkan pendidikannya, dia
mengikuti rencananya, yaitu mendapatkan keuntungan dan ketenaran, serta
memamerkan pendidikan yang telah dicapai dengan sombongnya. Belajar Kanon Pali
hanya untuk mengejar keuntungan dan untuk membual adalah suatu kejahatan dan
akan menuntun ke alam-alam rendah. tentu saja ini adalah cara yang rendah.
Sebuah ayat di Tipataka mengatakan, " Lebih baik menghabiskan waktu dengan
tidur, alih-alih belajar dengan niat tidak baik."
Cara Mulia
Seorang Bhikkhu belajar naskah Pali dengan pengharapan :
" Jika aku telah mencerna naskah Pali, aku harus benar-benar memahami
Dhamma, dan aku akan mengajar kepada orang lain; aku akan selalu bercermin pada
naskah Tipitaka dan memperbaiki ,memurnikan, dan meluruskan pikiranku, serta
menjadi mulia."
Dia belajar bukan untuk mengejar
keuntungan dan bukan untuk menarik perhatian orang; alih-alih dia mencoba
belajar dengan aspirasi murni. Cara belajarnya akan menuntun dia ke alam-alam
yang lebih tinggi. Inilah cara belajar yang mulia.
Beberapa Bhikkhu belajar naskah suci
hanya demi lulus ujian, demi kemasyhuran akademik, tetapi mereka akan mengubah
tujuan keliru mereka dan menjadi berpikiran bersih kalau mereka benar-benar
menjadi terpelajar. Seperti air dalam kendi yang terisi setengah, tidaklah
stabil, tetapi ketika kendi tersebut terisi penuh, air akan menjadi stabil.
Sama halnya ketika mereka cukup matang dalam belajar, mereka akan mengikuti
cara yang lebih baik. Semoga semua pelajar bisa mengikuti cara yang mulia untuk
belajar, menjadi terpelajar serta mulia.
Kesombongan Karena
Kerupawanan
Kesombongan karena kerupawanan jasmani
juga disebut kesombongan karena penampilan pribadi. Karena dalam kehidupan
lampau bebas dari dosa (kebencian), mempersembahkan bunga, membersihkan pagoda
dan Vihara, dan sebaginya, seseorang akan menjadi terkenal akan kerupawanannya
dalam kehidupan saat ini. Dia bisa menjadi sombong dengan penampilannya yang baik.
Bagaimanapun juga, merenungkan kembali
masa lamapu, merenungkan kembali bagaimana seseorang terbebas dari kebencian
dan menjadi pemurah hati, seseorang seyogyanya tidak merasa sombong dalam
kehidupan ini. Dia harus mencoba untuk mengembangkan pemikiran baik,
kelembutan, dan budi tinggi.
Catatan : Orang berbudi tinggi yang
telah mencapai Nibbana tidak akan berbangga diri. Beberapa pernah terlahir
dalam keluarga kerajaan. Dalam hal kebijaksanaan, Bodhisatta Mahosada adalah
orang yang termasyhur. Diantara para wanita ada yang bermoral tinggi dan
rupawan seperti uppalavanna, Khema, Yasodhara, yang lahir dalam keluarga
ningrat, dengan kekayaan berlimpah, pengetahuan tinggi, serta cantik jelita.
Orang-orang ttersebut tidak sombong
karena kebijaksanaan, kasta, kebajikan, atau kecantikan mereka. Sebaliknya,
orang dari status rendah malah menyombongkan golongan, pengetahuan, kekayaan
yang tak seberapa, dan kecantikan yang biasa-biasa saja, seperti pepatah
Myanmar : " Tanaman jarak bertahta di semak belukar." betapa
memalukan.
Seseorang yang congkak, dengan
kebanggan semu, angkuh, akan tidak disukai oleh orang lain dan karena telah
hidup dengan sia-sia, akan terlahir kembali di alam yang lebih rendah secara
berturut-turut dalam rentetan kehidupannya. arenanya, Anda harus mencabut habis
kesombongan dan bersikap rendah hati seperti diumpamakan " Seekor ular
yang dicabut taringnya, seekor sapi yang patah tanduknya, keset yang terinjak
oleh kaki-kaki kotor.". Dengan demikian status Anda akan melesat tinggi dan
lebih tinggi lagi dalam kehidupan-kehidupan berikutnya.
(Sumber Buku :
Abhidhamma sehari-hari- Ashin Janakabhivamsa)
Selanjutnya == > Dosa : Kebencian
Sebelumnya < == Ditthi : Pandangan Salah
Terimakasih.bagus sekali tulisan tentang kesombongan.ijin share via face book.
BalasHapus