11.
Kukkucca
(Kemurungan)
Ketika sebuah perbuatan buruk dilakukan, biasanya kukkucca akan mengikutinya. Kemurungan terjadi sebagai akibat dari perbuatan jahat yang telah dilakukan. Ini adalah rasa murung karena berbuat salah dan murung karena mengabaikan perbuatan baik. Jadi ada dua jenis kemurungan.
(Sebuah Kisah : )
Penyesalan Empat Pemuda Kaya
Ada sebuah ungkapan yang cukup terkenal : “ Du-Sa-Na-So” yang
merupakan empat kata yang suka di ucapkan oleh empat pemuda kaya. Mereka sangat
kaya, tetapi tidak melakukan kebajikan apapun; bahkan mereka banyak melakukan
perbuatan buruk. Misalnya, mereka sering melakukan perbuatan seksual yang
menyimpang. Akibatnya, setelah meninggal mereka terlahir di Lohakumbhi Niraya
(neraka leburan logam panas) selama enam puluh ribu tahun. Selama mereka muncul
di permukaan leburan logam panas untuk sejenak, mereka ingin mengungkapkan
penyesalan mereka atas perbuatan jahat mereka, tetapi masing-masing hanya bisa
mengungkapkan satu kata karena sakit yang luar biasa. Masing-masing hanya bisa
berujar “Du”, “Sa”, “Na”, dan “So”
Apa yang Ingin
Mereka Katakan ;
“ Dalam kehidupan lampau, aku terlahir sebagai orang kaya,
tetapi aku tidak mengikuti jalan kebajikan, malahan aku melakukan hubungan
seksual yang tidak semestinya.”
Dia merasa sangat menyesal atas perbuatan jahat yang telah
dilakukan, tetapi dia hanya bisa mengutarakan kata “Du” dan tenggelam lagi ke kawah neraka. Pemuda ini menyesal karena
tidak melakukan kebajikan.
Pemuda lainnya
ingin berkata :” Sebagai akibatnya aku tak henti-hentinya menderita
kesakitan, aku telah melakukan perbuatan buruk selagi hidup sebagai manusia.”,
namun dia tidak mempu melengkapi kalimatnya, dia hanya bisa mengutarakan kata “Na”. Pemuda ini menyesal karena telah
melakukan perbuatan buruk.
Akibat buruk dari perbuatan buruk tidak harus menunggu sampai
kehidupan mendatang seperti dalam cerita empat pemuda kaya tersebut. Dalam
kehidupan ini juga, para pelaku keburukan akan digerogoti oleh berbagai pikiran
akan perbuatan buruknya. Keringat bercucuran seolah tubuh mereka terbakar.
Jangan Memberi Tempat Bagi Kemurungan
Menyesalkan tindakan salah yang telah dilakukan tidak akan menghapuskan
kekhawatiran Anda. Penyesalan yang berlarut-larut tidak akan membebaskan Anda
dari hasil perbuatan buruk. Kemurungan tersebut hanyan akan mengembangkan
kukkucca, suatu bentuk lain dari faktor mental yang buruk. Cara yang benar
untuk menanggulangi kukkucca adalah dengan tidak melakukan pebuatan buruk
(akusala). Jika perbuatan buruk yang dilakukan tidak terlalu berat, Anda bisa
bisa terhindar dari akibat buruknya dengan cara menjalankan aturan (sila)
sebagai pengendalian diri, seperti yang diajarkan Buddha dalam Mahavagga
Samyutta.
Berjuanglah Dengan Keras Selagi Masih
Ada Waktu
Setiap otrang harus bisa meraih pendidikan, kekayaan, serta
jasa baik sesuai dengan kemampuan dan keterampilan masing-masing. Untuk
perolehan tersebut, kesempatan dan waktu hanya tersedia banyak selagi mereka
muda. Jika mereka membuang waktu dan kesempatan yang baik, kejatuhan dan
keruntuhan akan segera dialami. Ada pepatah mengatakan :” Tempalah selagi besi masih panas” Orang-orang
juga berkata :” Taburlah benih ketika ada hujan.” Jika musim hujan
sudah berakhir, Anda tidak bisa membajak sawah dan menabur benih, akibatnya
Anda akan gagal panen.
Bahkan jika Anda menyadari bahwa Anda sudah terlambat untuk
melakukan kebajikan, tidak seharusnya Anda meratapinya. Tidak ada kata terlambat
untuk melakukan perbuatan baik. Tertunda masih lebih baik daripada mengabaikan
sama sekali.
Pada masa kehidupan Buddha, ada sebuah cerita tentang
seorang algojo yang bertugas melakukan hukuman mati. Selama hidupnya
dia melayani raja sebagai seorang algojo, sampai menjelang tua dia mengundurkan
diri karena tidak kuat lagi melakukan tugasnya. Bhikkhu Sariputta bertemu
dengan mantan algojo itu ketika ia menjelang ajal. Bhikkhu Sariputta
membabarkan Dhamma untuknya, tetapi dia tidak dapat berkonsentrasi pada Dhamma
yang dibabarkan karena terlalu banyak hal yang bertolak belakang dengan apa
yang telah dilakukan oleh algojo tua tersebut.
Mengetahui situasi sebenarnya, Bhikkhu Sariputta bertanya ;”
Apakah Anda melakukan eksekusi berdasarkan keinginan Anda atau atas perintah
raja?”. Dia menjawab :” Saya harus melaksanakan perintah raja. Saya tidak
membunuh atas kehendak saya sendiri.” Bhikkhu Sariputta melanjutkan, “ Jika
begitu adanya, apakah hal itu dikatakan pelanggaran?”. Bhikkhu Sariputta
melanjutkan pembabarannya. Orang tua itu mulai berpikir dan kelihatan ia
terbebas dari rasa bersalah dan pikirannya menjadi tenang. Sembari mendengarkan
Dhamma yang di babarkan Bhikkhu Sariputta, dia mencapai tataran culasotapanna
(pemenang arus muda) dan terlahir kembali di alam deva (deva-loka) setelah
kematiannya.
Menurut Dhamma, sebenarnya baik sang algojo maupun
raja, keduanya melakukan tindakan salah, meskipun tindakan pembunuhan terhukum
itu hanya perintah raja saja, namun dengan tujuan menenangkan dan menciptakan
pikiran yang jernih agar sang algojo bisa mengikuti ajarannya, Bhikkhu
Sariputta menggunakan strategi yang baik dengan mengajukan pertanyaan untuk
membuatnya tidak merasa bersalah.
Catatan : Tidak disangkal lagi mantan algojo itu
telah mengambil banyak nyawa, tetapi Bhikkhu Sariputta telah memberikan
pertanyaan yang sangat membantu untuk menghilangkan kukkucca (kemurungan).
Ketika kemurungan itu lenyap, dia dapat mengkonsentrasikan pikirannya pada
kebenaran Dhamma dengan penuh perhatian, dan dia terlahir di alam deva. Dari
cerita diatas, kita bisa mengambil suatu pelajaran, orang tidak perlu merasa
menyesal atas perbuatan buruk yang telah dilakukan dan juga perbuatan baik yang
belum terlaksana, melainkan harus mencoba untuk tidak membiarkan kamma buruk
baru muncul dan berusahalah dengan melakukan perbuatan baik setelah mengetahui
kenyataan ini.
Sumber :
Abhidhamma sehari-hari Bab II. hal 13-78 _ Oleh : Ashin Janakabhivamsa.
Selanjutnya == > Thina : Kemalasan dan Middha : Kemalasan dan Kelembaman.
Sebelumnya < === Macchariya: Egois, Kikir.(10)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar