6.
DITTHI
( Pandangan Salah)
Pandangan salah atau pemahaman keliru dalam
istilah Pali disebut Ditthi. Ditthi juga berarti kepercayaan yang keliru. Ditthi
memandang atau mengerti dengan keliru, sesuatu yang ada dianggap tidak ada,
yang tidak ada dianggap ada; yang salah dianggap benar, yang benar dianggap
salah. Ditthi juga secara dogma menganggap pandangan sendiri yang keliru
sebagai benar dan pandangan benar orang lain sebagai keliru.
Mempercayai pencipta dunia dan isinya
oleh sosok Yang Mahakuasa; percaya adanya atta (jiwa) disetiap tubuh makhluk;
pandangan salah seperti itu disebut ditthi, percaya sesuatu yang tidak ada
sebagai ada. Secara keliru berpandangan bahwa perbuatan baik dan buruk tidak
akan menimbulkan akibat pada kemudian hari; berpandangan salah bahwa tidak ada akibat
dari kamma padahal semua makhluk menikmati atau menderita akibat dari kamma
dengan berbagai cara; berpandangan salah bahwa tidak ada Nibbana yang merupakan
padamnya segala penderitaan; berpandangan salah bahwa tidak ada kehidupan lagi
setelah kematian padahal terus ada lingkaran kelahiran kembali sebelum
pencapaian Nibbana. Pandangan-pandangan tersebut adalah ditthi.
Kepercayaan berikut adalah ditthi, yang
menganggap kekeliruan sebagai kebenaran :
ü
Membunuh makhluk lain untuk persembahan adalah perbuatan
baik.
ü
Berendam di air dingin ketika cuaca sangat dingin,
ü
Berjemur di siang bolong ketika cuaca sangat panas.
ü
Berprilaku seperti anjing dan sapi merupakan praktik yang
sesuai dengan penyucian kekotoran batin.
ü
Membilas perbuatan buruk dengan mandi di Sungai Ganga pada
hari tertentu adalah praktik yang baik.
ü
Percaya bahwa berderma, menjalankan moralitas, serta
mengembangkan batin (dana, sila, bhavana) tidak membawa pada realisasi Nibbana
adalah contoh lain dari ditthi, yaitu menganggap sesuatu yang benar sebagai hal
yang salah.
Dalam hal ini, ada banyak jenis
pandangan salah (ditthi). Pikiran yang terkotori oleh ditthi disebut
ditthicitta, dan orang yang melekat pada ditthi disebut micchaditthi.
(Berkenaan dengan beberapa faktor mental yang belum terbahas, perhatikan bahwa
pikiran dan orang dinamakan berdasarkan pada cetasika yang menyertai).
(Sumber Buku : Abhidhamma sehari-hari-
Ashin Janakabhivamsa)
Selanjutnya == > Mana : Kesombongan
Sebelumnya < == Maya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar