DIALOG SANG BUDDHA DENGAN MURIDNYA
TENTANG MENCAPAI PENCERAHAN
Alkisah, salah seorang murid Sang
Buddha pada suatu malam memberanikan diri untuk bertanya pada gurunya.
“Wahai Guru...” Sang murid
memulai “Telah bertahun-tahun saya menuntut ilmu pada Anda, Saya sudah
mempelajari jalan menuju pencerahan, tetapi saya mendapati bahwa hudup saya
belum berubah sedikit pun.”
“Terus...” tanya sang Buddha,
“Apa pertanyaanmu ?”
“Selama bertahun-tahun,” kata
murid itu “Sudah banyak orang yang berguru pada Anda, diantara mereka ada
biarawan, biarawati, orang kaya, orang miskin, laki-laki, wanita, tua dan muda.
Ada yang bertahan, ada yang tidak kembali. Ada beberapa diantara mereka yang
nampaknya berhasil meraih cita-cita mereka. Mereka menunjukkan tanda-tanda
kedamaian batin, mereka mengasihi sesama, mereka hidup dalam keceriaan dan
kebahagiaan. Akan tetapi, tidak setiap orang mengalami hal yang sama, atau
mungkin bahkan sebagian besar dari mereka tidak banyak menunjukkan perubahan
dibandingkan dengan ketika mereka pertama kali datang ke sini untuk
mendengarkan petuah Anda. Bagi sebagian orang, kehidupan mereka tampak kacau.
Anda tidak diragukan lagi adalah guru yang hebat. Anda mengasihi dan penuh
perhatian kepada orang-orang yang anda jumpai. Mengapa Anda tidak menggunakan
kekuatan Anda untuk membantu mereka ? Mengapa Anda tidak membimbing mereka agar
bisa menggapai cita-cita tertinggi mereka ?”
Ekpresi Sang Buddha terlihat
begitu welas asih, tetapi jawaban yang diberikan sepertinya tidak berhubungan.
Murid tersebut mengira Sang Buddha tidak paham pada pertanyaan yang tadi dia
ajukan.
“Di mana rumah mu ?” tanya Sang
Buddha.
Murid tersebut menyebutkan nama
kota kelahiran dan dari negara mana dia berasal. Dia menceritakan tempat dia
lahir dan dibesarkan.
“Apakah kamu masih sering pulang
ke rumah mu ?” tanya Sang Buddha.
“Ya, sesering mungkin,” kata
murid itu “ Ayah saya masih hidup di sana. Taman-teman sepermainan saya juga
ada di sana. Saya bahkan punya kekasih dan suatu hari nanti kami berencana
melangsungkan pernikahan di sana.”
“Nah,” kata Sang Buddha “ Jika
kamu begitu sering pulang. Kamu pasti kenal betul dengan jalan yang selalu kamu
lewati ?”
“Saya hapal di luar kepala,”
jawab murid itu “Begitu hapalnya, sampai saya merasa bisa melewatinya dengan
mata tertutup.” Begitu katanya dengan yakin.
“Jika kamu kenal betul dengan
jalan menuju kampung halamanmu, bisakah kamu menggambaran kepada orang yang
ingin menempuh jalan yang sama ? Apakah penjelasanmu dapat dipercaya dan mudah
dipahami ?”
“Tentu saja. Saya sering
menjelaskan kepada orang-orang yang bertanya kepada saya dan saya berusaha
untuk menjelaskan segamblang mungkin. Tak ada gunanya memberikan petunjuk jalan
jika itu hanya akan menyesatkan mereka.”
“Dari mereka yang pernah bertanya padamu,“
tanya Sang Buddha “Apakah semua orang menindaklanjuti dengan menempuh
perjalanan ke kampung halamanmu ?”
“Tidak.” Jawab murid itu. “Banyak
yang bertanya, tetapi tidak semuanya mencoba menempuh perjalanan. Ada sebagian
yang tidak bisa menemukan waktu dan alasan yang tepat untuk melakukan perjalanan.
Sebagian nampaknya berhasrat untuk menempuh perjalanan, tetapi entah mengapa
tidak melakukannya.”
Sang Buddha bertanya lebih
lanjut, “Dari mereka yang bertanya dan akhirnya menempuh perjalanan menuju
kampung halamanmu, ada berapa orang yang berhasil ke tujuan akhir ?”
“Begini.” Kata murid itu
“Biasanya hanya mereka yang benar-benar menjadikan kampung halaman saya sebagai
tempat tujuan mereka yang sampai di sana. Jalan yang harus dilewati memang
tidak mudah dan sebagian dari mereka menyerah di tengah jalan. Ada yang memilih
untuk mencari jalan lain dan tidak menjadikan perjalanan tersebut sebagai
tujuan utama mereka.”
“Jika begitu” kata Sang Buddha “
Kita memiliki pengalaman yang sangat mirip. Orang-orang yang datang padaku,
melihatku sebagai seorang yang telah melakukan perjalanan tertentu dan tahu
jalan-jalan yang telah aku lalui dengan sangat baik. Mereka meminta aku untuk
menjelaskan kepada mereka. Mungkin mereka menikmati penjelasanku, tetapi tidak
semua orang berani melangkahkan kakinya. Sementara mereka yang berani
melangkah, tidak semua orang memilih untuk berjalan sampai akhir dan oleh
karenanya tidak semua orang berhasil menggapai cita-cita tertinggi mereka.
Suasana hening sejenak
“Seperti juga dirimu” lanjut Sang
Buddha “Aku sudah berusaha menjelaskan jalan yang harus kau tempuh sejelas dan
sejujur mungkin, tetapi aku tidak bisa mendorong, menarik, atau menggendong mu
dalam perjalanan yang kau ingin tempuh. Yang bisa aku katakan hanyalah : Aku
sudah melewati jalan tersebut. Ada hikmah yang aku dapatkan dari perjalanan
itu. Ini adalah pengalaman yang aku dapat dari perjalanan yang aku lakukan. Aku
dengan senang hati berbagi pengalaman dengan mu. Cuma itu yang bisa kulakukan.
Jika kamu ingin menuju pencerahan yang aku dapat, kamu harus menempuh sendiri
jalan yang sudah kuterangkan itu”
____________
Pesan moral :
Melihat
orang lain makan, tidak akan menghilangkan laparmu... .
Melihat
orang lain minum tidak akan menghapus dahagamu...
Pengalaman
spiritual orang lain tidak bisa membuatmu mencapai pencerahan sejati .
Hanya
dengan mengalami sendirilah tujuan kita itu dapat dicapai.
-oOo-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar