9.
ISSA
(Iri)
Ketika
seseorang mendengar atau bertemu dengan orang lain yang lebih unggul dalam
kecantikan, kekayaan, pendidikan atau moralitas, pemikiran iri sering muncul.
Pemikiran inilah yang disebut Issa. Ada banyak orang yang tidak menghargai
kabar bagus orang lain. Mereka akan berujar : “ Semua burung sama cantiknya
dengan burung hantu. Kelinci semacam itu gampang ditemukan di semua semak.”.
Ujaran-ujaran tersebut tumbuh dari Issa. Orang desa yang dengki mengatakan :”
Kulit buah palem semuanya sama, dapat ditemukan disetiap pohon palem.”
Ada
pepatah yang mengatakan ,: “Kecemburuan muncul ketika seseorang melebihimu.
Sama –sama punya sasaran yang sama, lahirlah permusuhan.”. Kedengkian banyak terjadi di antara para karyawan yang
merasa lebih rendah dari sejawatnya. Kecemburuan sering terjadi terutama di
antara orang-orang yang memiliki pangkat atau kedudukan sederajat. Contohnya,
seorang penjual ikan asin biasanya tidak akan iri dengan penjual permata,
tetapi di antara sesama penjual ikan asin dan sesama penjual permata terjadi
persaingan, banyak yang merasa atau menunjukkan kecemburuan satu sama lain.
Bahkan para pembabar Dhamma dan kepala Vihara tidak luput dari fitnah dan
kecemburuan.
Dengan
merasa iri dan mengarang cerita yang tidak benar, seseorang hanya akan
menghancurkan diri sendiri karena orang bijaksana menilai orang seperti itu
sebagai orang yang tidak bernilai. Orang yang penuh kedengkian akan jatuh ke
alam-alam sengsara di alam samsara ini, sementara orang yang dicemburui tidak
akan terkena dampak samasekali. Karena Issa adalah salah satu faktor mental
yang tidak baik (akusala), setiap orang harus menghindari dan membasminya.
Gerombolan Babi dan Gua
Zamrud
Pada
suatu ketika, seekor singa besar bersemayam di sebuah gua zamrud di Pegununungan
Himalaya. Di dekat gua itu tinggallah segerombolan Babi; mereka selalu tinggal
dalam ketakutan akan singa yang ganas itu. Babi-babi ini menyalahkan kilauan
batu gua tersebut, lalu mereka berguling-guling dalam lumpur di sebuah danau,
kemudian menggosok-gosokkan tubuh mereka yang belepotan lumpur pada dinding gua
zamrud itu. Bagaimanapun juga, gua zamrud itu malah tampak lebih bercahaya dan
berkilau. Seperti itulah, mereka yang suka memfitnah, penuh kecemburuan, dan
meremehkan orang lain akan menderita kesulitan, sementara orang lain malah akan
lebih terdorong menuju kemakmuran.
Atthukkamsana dan
Paravambhana
Atthukkamsana
berarti memuji diri sendiri, baik secara lisan maupun tulisan (atta= diri
sendiri, ukkamsana= menjunjung, menyanjung). Paravambhana berarti menganggap
rendah orang lain (para= yang lain, vambhana = menurunkan martabat, menganggap
emeh, menghujat).
Dalam
atthukamsana orang merasa mana (sombong) dan lobha (terlalu bangga) akan status
mereka. Paravambhana (meremehkan), Issa (iri), dan dosa (kebencian) berkembang.
Suka Pamer
Sebagian
orang menyatakan kemampuan mereka dengan cara yang angkuh, menyatakan diri
mereka sebagai orang terpelajar, banyak pengetahuan, banyak pengalaman, kaya
raya, keluarga mereka memiliki jabatan tinggi, mengungguli orang lain, dan
lain-lain. Mereka mungkin tetap saja pamer walaupun sekarang mereka berada
dalam status rendah : Bahwasanya dahulu mereka adalah kembang masyarakat.
Bahkan beberapa bhikkhu menyatakan bahwa mereka punya kekuatan, terhormat,
punya penyantun kaya, lulus berbagai ujian keagamaan, berceramah dan mengajar
dengan baik, bisa membuat emas dan perak melalui proses kimian, dan lain-lain.
Demikianlah, banyak orang suka memamerkan diri dengan membuat berbagai
pernyataan, entah pernyataan itu benar atau salah ; orang bodoh mungkin
melakukan hal itu untuk menutupi kebodohannya, namun orang bijak tidak akan
melakukannya. Baik dalam ucapan maupun tulisan, kita harus menghindari
atthukamsana dengan sati (perhatian murni) .
Pernyataan Pada Saat yang
sesuai
Bagaimanapun
juga, ada saat-saat yang sesuai untuk menyatakan kepiawaian dan jasa Anda,
dengan maksud untuk mendapatkan penghargaan yang selayaknya atas hasil karya
Anda, atas perkataan dan gagsan Anda. Jika tidak demikian, orang lain akan
memandang rendah Anda karena tidak mengenali situasi. Ini bukanlah mana
(kesombongan), tetapi perencanaan yang tepat waktu, yang sesuai dengan situasi.
Menyalahkan
Sebagian
orang mengomeli orang lain dengan menyalahkan, yaitu saat mereka membuat kritik
dan hujatan dalam media cetak karena kurangnya sati. Ini adalah praktik yang
kejam karena seseorang secara tidak adil akan tersakiti. Dilain pihak, jika
memang ada yang perlu dikritik, Anda bisa melakukannya dan memberikan informasi
yang benar kepada orang lain. Ketika kita harus mengungkapkan tindakan yang
buruk, tentu saja kritik sangat diperlukan. Orang yang berbuat jahat pantas
disalahkan dan masyarakat umum harus diberi tahu yang sebenarnya untuk mencegah
salah pengertian. Namun Anda harus mengkritik dengan hati-hati, dengan didukung
dengan bukti-bukti yang dapat dipercaya, apalagi kalau Anda menentang tokoh
yang terpandang dalam masyarakat.
Suatu
ketika ada seorang umat dan istrinya yang menyumbang Vihara; mereka sangat
menghormati kepala Vihara itu. Suatu hari, secara kebetulan, umat itu melihat
kepala Vihara itu sedang menggoreng telur untuk makan malamnya. Lalu dia
melaporkan apa yang dilihat itu kepada istrinya, namun karena istrinya memiliki
keyakinan yang besar kepada kepala Vihara tersebut, dia tidak mempercayai
ucapan suaminya. Malahan sang istri berpikir suaminya sudah hilang ingatan; dia
mengatakan kepada para tetangga bahwa suaminya sudah tidak waras dan mencemooh
suaminya. Jadi suaminya harus diam sesaat. Ketika menjelang tidur, dia berusaha
untuk meyakinkan istrinya lagi akan apa yang telah dilihatnya, dan tetap saja
istrinya tidak mempercayainya. Jadi dia harus menarik kata-katanya karena takut
istrinya akan mengatakan dia makin gila.
Sebuah
kritik yang benar-benar nyata malah bisa mendapatkan tanggapan buruk dari orang
lain karena waktu, keadaan, tempat yang tidak tepat. Olek karena itu, jika Anda
ingin melancarkan kritik, Anda harus menyesuaikan dengan waktu dan keadaan,
serta didukung dengan bukti yang dapat dipertanggung-jawabkan. Namun demikian, juga
sangat penting untuk mengutarakan kebenaran yang tidak enak tentang orang-orang
yang betul-betul jahat kepada teman dekat dan kerabat, terlepas dari apakah
mereka percaya atau tidak, ketika peringatan dan kritik pada waktunya memang
diperlukan.
(Sumber Buku : Abhidhamma
sehari-hari- Ashin Janakabhivamsa)
Selanjutnya == > Macchariya : Egois, Kikir (10)
Sebelumnya < === Dukkha dan Domanassa : Penderitaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar