Jumat, November 16, 2012

Empat Dasar Kemurahan Hati


EMPAT DASAR KEMURAHAN HATI
(Sangahavatthu)
Oleh: Bhikkhu Cittānando

Kepedulian Sang Buddha Terhadap Kehidupan

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa
         

Pada tanggal 1 Juni yang lalu, umat Buddha memperingati Hari Raya Waisak 2551 BE/2007, sekaligus memperingati Tahun Baru Buddhis.

Setiap umat Buddha hendaknya merenungkan keluhuran dan kepedulian Sang Buddha terhadap kehidupan semua makhluk. Hal ini terlihat dalam perjalanan Beliau yang tidak mengenal lelah dalam mengajarkan Dhamma selama 45 tahun, tanpa menginginkan pujian dan tidak bertujuan untuk mencari pengikut. Dikatakan bahwa dalam waktu 24 jam, Beliau hanya beristirahat satu jam, sedangkan sisanya digunakan untuk memberi pelayanan kepada masyarakat, para bhikkhu, bhikkhuni, samanera, samaneri, bahkan kepada para dewa sekalipun tanpa pilih kasih. Tujuan Beliau adalah membimbing para makhluk untuk menghentikan penderitaan dan memperoleh kebahagiaan atau kesejahteraan hidup. Selama 45 tahun, Beliau mengajarkan Dhamma tanpa menggunakan kekerasan, karena cara Beliau mengajarkan Dhamma adalah dengan praktik cinta kasih dan kasih sayang dengan landasan kebijaksanaan. Itulah sebabnya, tak setetes darah pun yang menetes apalagi terjadi bentrokan dan peperangan hanya karena ajaran Beliau.

Banyak orang, bahkan umat Buddha sendiri yang beranggapan dan percaya bahwa agama Buddha menolak keberadaan kebahagiaan duniawi, yang ada hanya berhubungan dengan pengembangan spiritual, pencapaian Nibbāna saja yang menjadi tujuan. Pandangan seperti itu tentu saja tidak tepat. Mengapa? Karena bagaimanapun juga, Sang Buddha sangat peka dan peduli akan fakta bahwa stabilitas ekonomi adalah penting bagi kebahagiaan dan kesejahteraan seseorang. Sehubungan dengan hal itu, resep Sang Buddha untuk kepedulian pada kehidupan selalu berhubungan dengan dosis etik liberal.

Dalam sutta-sutta disebutkan bahwa banyak orang dari berbagai macam perjalanan hidup dan bermacam-macam perangai datang kepada Sang Buddha untuk meminta berbagai macam nasehat dari Beliau. Sebagai contoh; penduduk dari Veludvara dan  Dighajanu Vyaggapajja dari Kakkarapatta, yang telah menyisihkan kesempatannya untuk mengunjungi Sang Buddha dan meminta Beliau mengajar mereka berbagai hal yang bermanfaat untuk kebahagiaan mereka dalam kehidupan ini dan kehidupan yang akan datang.

Dighajanu Vyaggapajja (seperti penduduk Veludvara) diakui menikmati kehidupan sepenuhnya. ”Tuan, kami perumah tangga seperti menyokong anak dan isteri. Kami suka memakai kain dari Benares dan kayu cendana yang paling baik, yang kami bungkus sendiri dengan bunga, karangan bunga dan kosmetik. Kami juga suka memakai perak dan emas.” (Aguttara Nikāya IV,280). Dengan rasa cinta kasih yang besar, Sang Buddha memberikan resep kepada Vyaggapajja (seperti ia memperlakukan orang-orang Veludvara pada kesempatan yang lain) untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan tanpa pernah mencela kehidupan umat awam yang masih senang dengan kenikmatan nafsu. Dalam sutta ini, Sang Buddha mengajarkan Dhamma yang mendukung empat kondisi-kondisi yang kalau dipenuhi akan memberi kesejahteraan dan kebahagiaan, yaitu:

1.  Uṭṭhānasampadā: Rajin dan bersemangat dalam bekerja mencari nafkah, dalam belajar dan menuntut ilmu pengetahuan dan dalam hal apa saja yang menjadi tugas serta kewajiban seseorang;

2. Ārakkhasampadā: Penuh kehati-hatian, dengan kata lain, menjaga dengan hati-hati kekayaan apapun yang telah diperoleh dengan kerajinan dan semangat, tidak membiarkannya mudah hilang atau dicuri, juga terus menjaga cara bekerja sehingga tidak mengalami kemunduran atau kemerosotan;

3. Kalyānamittata: Mempunyai teman-teman yang baik, yang mempunyai kualitas keyakinan, kebaikan, kedermawanan, dan kebijaksanaan. Tidak bergaul dengan orang-orang jahat; dan

4.  Samajivitā: Menempuh cara hidup yang sesuai dengan penghasilan, hidup seimbang, tidak terlalu kikir tetapi juga tidak terlalu boros.

Nasehat ini berhubungan dengan memperoleh kekayaan material yang diikuti dengan empat kondisi untuk mencapai kesejahteraan spiritual seseorang yang akan membawa kebahagiaan bagi seseorang dalam kehidupan yang akan datang, empat kondisi itu adalah:

1. Saddhā-sampadā: Kesempurnaan mengenai keyakinan, keyakinan terhadap Sang Tiratana (Buddha, Dhamma, dan Sangha);

2. Sīla-sampadā: Kesempurnaan mengenai sila, yaitu melaksanakan sila dengan sempurna;

3. Cāgā-sampadā: Kesempurnaan mengenai kemurahan hati, yaitu senang berdana dan melakukan perbuatan-perbuatan yang membahagiakan orang lain; dan

4. Paññā-sampadā: Kesempurnaan kebijaksanaan, mengetahui yang mana baik dan buruk, bermanfaat dan tidak bermanfaat, dan dapat melihat hidup dan kehidupan dengan sewajarnya.

Resep Sang Buddha untuk kemakmuran dan kebahagiaan pada saat ini dan pada kehidupan yang akan datang didasari pada nasehat yang sangat praktis untuk keduniawian, yang tidak mungkin lepas hubungannya dengan etika. Kode etik umat awam -yang meliputi ketaatan pada pañcasīla- lima latihan sila. Konsekuensi sosial untuk mengamati etika dasar yang diucapkan pada kode etik umat awam adalah sangat luas. Mereka berperan untuk memproduksi suasana yang baik, yang berguna bagi orang yang memiliki komitmen untuk mencapai kemajuan material dan spiritual. Demikian juga, ajaran Buddha ini diajarkan kepada semua lapisan masyarakat yang sudah siap menerima ajaran Beliau.

Di dunia ini ia berbahagia, di dunia sana ia berbahagia.
Pelaku kebajikan berbahagia di kedua dunia itu.
Ia akan berbahagia ketika berpikir, ”Aku telah berbuat bajik.”
Dan ia akan lebih berbahagia lagi ketika berada di alam bahagia.
(Dhammapada I:18)

-oOo-




Tidak ada komentar:

Posting Komentar