Jumat, November 09, 2012

Dukkha dan Domanassa : Penderitaan Jasmani Dan Batin


DUKKHA DAN DOMANASSA
(PENDERITAAN JASMANI DAN BATIN)

Penderitaan secara jasmani disebut dukkha dan penderitaaan secara batin disebut domanassa.

Setiap orang merasakan akibat ketidaksenangan mencari penghasilan, dan kesulitan lain yang berkenaan dengannya. Akibat-akibat tersebut menyebabkan penderitaan jasmani atau keletihan. Di dunia ini banyak orang yang mengeluh.” oh, dukkha, dukkha!.” ketika mereka mengalamai penderitaan jasmani. Namun demikian, adalah memungkinkan untuk terhindar dari penderitaan batin, sementara sedang mengalami penderitaan jasmani. Sebagai contoh, dalam kehidupan Bodhisatta yang tak terhitung banyaknya dalam rangka menyempurnakan parami-nya, Bodhisatta juga merasakan penderitaan jasmani, contohnya adalah Bodhisatta Mahosaddha dan Vessantara. Namun dia punya tekad untuk membebaskan semua makhluk dari samsara. Dengan belas kasih dan ketetapan hati yang luar biasa untuk mencapai pencerahan, dia telah terbebas dari penderitaan batin.

Penderitaan batin seperti kekhawatiran, depresi, kecewa, dan putus asa secara kolektif disebut domanassa. Ini adalah suatu penyakit yang membebani pikiran. Seseorang akan bereaksi seperti ini, “ Oh, tolong jangan membicarakan dia, aku tidak mau mendengarnya lagi! itu hanya membuatku sakit saja.” penderitaan seperti itu secara umum dianggap penderitaan batin, baik itu disertai atau tidak disertai oleh penderitaan jasmani. Di dunia ini banyak orang yang mengalami penderitaan batin, meskipun kekayaan dan kemakmuran mereka berlimpah ruah. hal ini menunjukkan kebenaran tentang penderitaan yang diajarkan Buddha dalam Dhammacakkapavatthana Sutta yang menyebutkan “ “ Yang picchang na labhati, tampi dukkhang.”- Penderitaan timbul karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan dan juga tidak menginginkan apa yang telah didapatkan. Sebenarnya penderitaan batin ini lebih hebat, lebih keras daripada penderitaan jasmani. Karenanya, bahkan seseorang yang hidup dalam kemewahan tidak mampu memikul beban penderitaan batin. Dia akan meninggalkan rumahnya yang mewah dan harta bendanya, lalu pindah ke sebuah gubuk kecil untuk hidup bahagia bersama dengan orang yang dicintainya. Dia dapat menanggung kemiskinan fisik, tetapi tidak dapat menanggung sakitnya penderitaan batin, yaitu berpisah dengan orang yang dicintainya.

Tentu saja ada banyak cara untuk menanggulangi kesedihan, depresi, kekhawatiran, serta kekecewaan dalam hidup dan selalu dalam keadaan bahagia. Namun bisa dipastikan bahwa cara-cara menyesuaiakan diri dengan perubahan situasi tidaklah mudah diikuti bagi mereka yang kurang begitu bijaksana. Singkatnya, seseorang harus memandang jauh dan menyusun rencana masa depan. Seseorang juga harus rajin dan giat dalam menjalankan rencananya. Jika masih saja terjadi kegagalan dan kekecewaan meskipun segala usaha sudah dilakukan, kita seharusnya tidak putus asa. Ini adalah karena dampak kamma buruk yang telah kita lakukan sebelumnya. Coba lagi dengan lebih giat, jika seseorang benar-benar berjuang keras, dia bahkan bisa menjadi sosok yang Tercerahkan Sempurna. Adalah penting bahwasanya seseorang harus mengembangkan keteguhan hati dan tetap tenang tenteram dalam menghadapi naik-turunnya kehidupan yang disebut lokadhamma, yang ada delapan :

1. Labha        = untung

2. Alabha       = rugi

3. Yasa          = tenar

4. Ayasa        = tidak tenar

5. Ninda         = dicela

6. Pasamsa   = dipuji (Pasangsa)

7. Sukha        = bahagia

8. Dukkha      = menderita

Inilah empat keadaan baik dan emapt keadaan buruk yang selalu hadir dalam kehidupan. Ketika Anda bertemu dengan empat keadaan baik, Anda tidak boleh merasa terbumbung dan sombong. Sebaliknya ketika Anda menghadapi empat keadaan buruk, tidak semestinya Anda menjadi tertekan. Jika Anda merasa terbumbung atau tertekan, Anda akan terlempar ke dalam badai lautan duniawi. Mereka yang secara emosional tidak stabil dan mudah terbawa dari keadaan terbumbung ke suatu keadaan tertekan adalah korban domanassa. Mereka yang ingin mendapatkan kedamaian batin dalam naik-turunnya kehidupan harus berpikiran ajek (tidak mudah berubah).

Labha dan Alabha
Setiap orang haruslah jujur dalam bermata pencaharian dan bekerja dengan cara-cara yang sah. Dengan demikian, seseorang bisa mengumpulkan kekayaan, namun seyogiyanya tidak menyebabkan pembesaran ego atau kesombongan. Sebaliknya sementara berusaha mencari penghasilan, sebagian orang mengalami kerugian materi dan malah menjadi makin miskin. Dalam keadaan seperti itu seseorang tidak perlu terus meratap, sebaliknya malah harus tetap tenang dan sabar. Harus dimengerti bahwa seorang raja sekalipun bisa kehilangan kekuasaan dan tahtanya, membuat negaranya jatuh. Oleh karena itu, orang harus membangun keuletan untuk tetap tenang dan sabar di bawah tekanan pergantian keadaan hidup.

Yasa dan Ayasa
Para guru, pemimpin, dan orang-orang besar biasanya memiliki sekumpulan pengikut. Seperti sebuah pagar melindungi bangunan yang dibentenginya, begitu pula para pengikut biasanya melindungi dan memberikan pelayanan kepada pemimpin mereka. Sebaliknya, pemimpin harus memberikan imbal balik kepada pengikutnya. Kemurahan hati membawa sejumlah pengikut; dan mereka harus diperlakukan secara terhormat. Seorang pemimpin harus mempunyai niat baik untuk meningkatkan kesejahteraan pengikutnya. Bahkan pelayan dan pekerja kasar pun harus diperlakukan sebagai mitra kerja dan teman. Akibatnya mereka akan memberikan perlindungan penuh dan pelayanan yang baik. Jika, kendatipun sudah dengan niat baik seseorang mempunyai sedikit atau bahkan tidak ada pengikut, tidak ada yang harus dikhawatirkan. Sebaliknya, jika seseorang dikelilingi oleh banyak pengikut, dia tidak sepatutnya merasa sombong dan congkak.

Ketenaran adalah sebuah modal, bukan hanya pada satu kehidupan ini saja, tetapi juga dalam kehidupan-kehidupan yang akan datang. Tugas besar dan mulia hanya bisa dilakukan oleh orang-orang besar dan berkualitas. Pepatah mengatakan : “ Gunavante passantijana- seseorang dilihat karena pangkat dan statusnya.”. Setiap orang harus mengembangkan kebijaksanaan, kecerdasan, dan ketekunan untuk mencapai kemasyhuran. Orang tidak boleh sombong dengan ketenarannya; sebaliknya jangan merasa tertekan karena tidak tenar.

Ninda dan Pasamsa
Prang yang iri,dengki, dan suka mencari kesalahan orang lain banyak dimana-mana. Dalam hidup ini, sangatlah sulit mendapatkan pujian dan sangatlah mudah mendapatkan celaan. Meskipun demikian, seseorang harus mencoba untuk hidup dengan benar dengan jalan perhatian murni. Tak seorang pun bebas dari celaan. Bahkan sapi citaan Sakka, Raja para Deva, disaa lahkan karena kotorannya. Ada pepatah mengatakan :” Kebencian hanya melihat kesalahan; cinta hanya melihat pujian ; suka menumbuhkan kepercayaan.” Dalam hidup ini, nia buruk tumbuh subur dan pencari kesalahan begitu berlimpah.

Mereka yang selalu melihat kesalahan orang lain harus bercermin, “Apakah kita bebas dari kesalahan? Apakah kita tak bernoda?”. Tak seorang pun yang suci seperti Bodhisatta Mahosaddha, Raja Vessantara, Bhikkhu Kassapa, Bhikkhu Sariputta, Bhikkhu Ananda, atau seperti empat teladan kaum wanita : Amara, kinnari, Maddi, dan Sambula.

Di sebuah desa, seorang bocah berkata kepada ayahnya, “ A....A….Ayah! Te…te…tangga ki…kita…ga..ga…gap.” Dia mungkin tidak sadar bahwa dia sendiri juga gagap.

Mereka yang selalu mencari kesalahan orang lain menutupi kesalahan dan menyembunyikan kekurangannya sendiri. Munafik, mencuri tetapi berpura-pura tidak berdosa, seperti seekor kucing licik.

Kadang-kadang, karena iri dan dengki, seseorang menyalahkan orang lain, tetapi biasanya mereka sebenarnya menginginkan sesuatu yang mereka irikan. Sebagai contoh orang-orang menggunjingkan seorang gadis ketika ada pemuda yang sering mengunjungi gadis itu, tetapi para penggosip itu sebenarnya juga menginginkan pemuda tersebut datang mengunjungi mereka.

Begitu liku-liku kehidupan, adalah lumrah kita menghadapi delapan perubahan kehidupan yang telah disebutkan.Seorang korban fitnah mungkin tidak sesalah kritik yang dikenakan padanya. Kadangkala persoalan kecil terlalu dibesar-besarkan. Jadi, lebih baik menilai kesalahan sendiri di bawah terang ottappa (takut akan akibat berbuat buruk) dan hiri (malu untuk berbuat buruk).

Mereka yang takut akan hantu tidak berani pergi ke tempat gelap; menyangka tunggul sebatang pohon sebagai hantu, mereka berteriak, “ Hantu ! Hantu !” karena pikiran mereka terus memelihara ketakutan akan hantu, mereka membayangkan bahwa hantu mengejar mereka.

Sebagian orang terlalu banyak menerima celaan sehingga hidup mereka dikuasai ketakutan. Dalam Samyutta Nikaya, Buddha berkata, “ orang yang terlalu terkuasai oleh rasa takut akan kritik adalah seperti seekor rusa yang kaget dan kabur diam-diam; dia selalu jerih, kecut, dan tak bernyali.” orang yang terlalu dikuasai ketakutan tidak akan mendapatkan apa-apa. Mereka hanya akan mendorong kritik dan pencari kesalahan. Orang takut adalah mangsa empuk bagi para pencari kesalahan.

Dilain pihak, sebenarnya kritik, komentar, dan kecaman-dengan suatu cara-adalah tanda-tanda kemasyhuran: tidak ada yang peduli dengan orang kecil yang tak terkenal. Orang hanya menggubris mereka yang menonjol. ebagai contoh, pohon yang tertinggi adalah yang paling menjadi sasaran angin besar. Seperti halnya Anda, semakin melesat tinggi kedudukan anda dalam masyarakat, semakin banyak pula menghadapi delapan lokadhamma, perubahan duniawi. Oleh karena itu, Anda harus bersikap seimbang menghadapi keadaan tersebut, ingatlah bahwa kritik itu bisa jadi adalah tanda-tanda ketenaran dan kesusksesan Anda.

Tanyalah kepada diri Anda sendiri, “Seberapa tabahkah aku?”  Dengan itu Anda akan mampu berdiri tegap menanggung kecaman yang tidak adil dan salah penilaian dengan keseimbangan batin. Anda juga harus mencoba untuk menjalankan kehidupan yang bersih.

Seperti halnya Anda bersikap seimbang terhadap celaan, Anda harus seimbang pula terhadap pujian. Tidak merasa terbumbung jika dipuji. Anda harus sadar bahwa manfaat yang dipetik adalah hasil dari kerja yang baik atau perbuatan baik. Tetaplah memelihara metta (cinta kasih) dan limpahkan jasa seperti ini :” Semoga mereka mendapatkan penghargaan seperti yang telah saya dapatkan! Semoga mereka ikut berbahagia dengan pujian yang saya terima.”

Sebagai kesimpulan, dari delapan kondisi duniawi yang telah disebutkan, empat di antaranya adalah diinginkan dan empat lainnya adalah tidak diinginkan. Sejak masa yang sangat lama, semua makhluk hidup telah melakukan perbuatan baik dan buruk dalam kehidupan lampau yang tak terkira banyaknya, mereka semua akan mendapatkan akibat perbuatan baik dan perbuatan buruk, atau naik dan turun, dalam kehidupan ini. Situasi yang diinginkan dan yang tidak diinginkan adalah perubahan yang berkala. Jangan tergoyahkan, cobalah tetap tegar menghadapi naik dan turunnya keadaan dan arungilah samudra samsara walaupun angin dan badai menghalang, menuju tepian nibbana yang damai, dimana segala penderitaan berakhir.

Sebagai contoh, kapten kapal tidak bisa berharap perjalanan akan selalu tenang dan lancar dalam mengarungi lautan. Mereka akan senantiasa menghadapi ganasnya lautan, pusaran ombak dan badai, atau gulungan ombak yang bisa membahayakan kapal mereka. Dalam keadaan seperti ini, seorang kapten yang terampil menggunakan kepintaran serta ketangkasan untuk mengendalikan kapal mereka dari laut dan badai yang berbahaya untuk bisa menambatkan jangkar di pelabuhan yang aman.

Katatta nanakammanam, itthanitthepi agate,
Yoniso titthang sandhaya, tareyya naviko yatha.

Akibat perbuatan baik dan buruk yang dilakukan pada kehidupan-kehidupan sebelumnya , kita menghadapi dua situasi, baik itu dikehendaki maupun tidak dikehendaki.

Apa pun itu, kita harus seperti seorang kapten kapal, dengan percaya diri, semangat dan keterampilan, kita harus menghadapi topan dan badai serta menanggulangi kesulitan dan bahaya. Kita harus tetap tidak tergoyahkan oleh delapan kondisi duniawi untuk mengemudikan bahtera kita dan menjatuhkan sauh di pelabuhan Nibbana.

Renungan :
Adalah lumrah bahwasanya setiap orang menghadapi delapan kondisi perubahan duniawi. Kita harus mencoba berlatih keterpusatan batin dan mengembangkan pikiran yang tenang.

Upayasa (Gusar)
Ketika seseorang kehilangan materi, kehilangan orang yang dicintai, jatuh atau gagal, muncullah upayasa, kemarahan yang hebat. Marah pada umumnya mengarah pada kekejaman atau bahkan sampai pembunuhan, sementara itu upayasa memberikan kegelisahan dan kegusaran yang luar biasa. Nyala keresahan dan kemarahan bisa mendidihkan darah yang mengalir dalam tubuh. Jadi seseorang yang naik pitam bisa jatuh, histeris, atau bahkan kehilangan kesadaran.

Saat kematian orang yang dicintai, seseorang berderai airmata, Ini adalah parideva. Ketika parideva meningkat, ia tidak akan bisa menangis lagi; ia kan histeris dan jatuh pingsan. Namun upayasa bahkan lebih berat daripada parideva. Keresahan (soka) adalah sepeti minyak panas di penggorengan. Parideva adalah seperti minyak mendidih dipenggorengan. upayasa adalah seperti minyak terbakar dan menguap tanpa sisa.

Upayasa berdampak pada orang yang lemah pikirannya dan mereka yang terlalu bergantung kepada orang lain. kaum wanita lebih cenderung menderita karena upayasa. Pikiran dan fisik wanita tidak sekuat pria dan sering cenderung bergantung pada orang lain karena kurangnya kebijaksanaan dan pengetahuan. Mereka mudah menderita karena soka dan parideva yang dengan mudahnya menguasai fisik mereka yang lemah dan akhirnya sampai ke tahap upayasa. Ini akan menyebabkan seseorang pingsan.

Bahkan laki-laki pun, jika keadaan fisik mereka lemah, tidak bisa bertahan dari keresahan yang berturut-turut. Karenanya kita membutuhkan makanan bergizi yang cukup agar secara fisik kuat untuk menghadapi penderitaan yang timbul karena upayasa. Setiap orang harus pertama-tama berjuang untuk menghentikan soka dan parideva terlebih dahulu, setelah itu mereka akan terbebas dari upayasa. Metode-metode untuk memadamkan soka dan parideva telah disebutkan di awal mengenai pemadaman soka dan parideva.

 (Sumber Buku : Abhidhamma sehari-hari- Ashin Janakabhivamsa)


Selanjutnya == > Issa :iri (9)
Sebelumnya < == Adakah manfaat dari tangisan?


1 komentar:

  1. Wah, artikel-artikel bermaanfaat,,
    saya suka ini...

    Sukhi Hontu _/\_

    BalasHapus