Kamis, Desember 20, 2012

Mengembangkan Rasa Kebersamaan


MENGEMBANGKAN RASA KEBERSAMAAN
Oleh : Samanera Aryadi Indasiri


Jika kita bertanya kepada setiap orang mengenai apa itu kebersamaan? Tentu jawaban yang kita dapatkan dari orang yang satu dengan yang lain akan berbeda. Karena pengertian dan pemahaman dari setiap orang tentang kebersamaan itu sendiri berbeda-beda. Walaupun begitu, kebersamaan yang diartikan berbeda-beda oleh setiap orang tidaklah menjadi masalah. Yang paling penting adalah bagaimana kita memperaktekkan rasa kebersamaan itu sendiri di dalam kehidupan sehari-hari. Karena kalau kita hanya berteori, itu hanya akan menambah kesombongan dan ego, serta tidak akan membawa perubahan sikap pada diri kita.

Pada zaman sekarang ini banyak orang-orang yang mengerti dan memahami apa itu kebersamaan, akan tetapi itu hanya menjadi teori. Orang sering mengorbankan orang lain demi keinginannya. Untuk memuaskan keinginannya, seseorang tidak segan-segan untuk berkelahi, membunuh, menipu, berbohong dan melakukan berbagai bentuk kejahatan. Bahkan manusia menjadi sangat kejam dari pada binatang. Sehingga orang menjadi sulit untuk berdampingan dengan damai dengan sesamanya.

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup tampa bantuan orang lain, karena kita saling membutuhkan atau saling melengkapi antara orang yang satu dengan orang yang lain. Tetapi, ketika kita hidup bersama dengan orang lain di dalam suatu kelompok atau masyarakat, malah sering terjadi suatu percecokkan yang terkadang sampai memakan korban hanya karena perbedaan pandangan atau keyakinan. Hal ini disebabkan kurangnya rasa kebersamaan itu sendiri, sehingga cederung hanya memikirkan dirinya sendiri.

Tentu akan berbeda jika kita mengembangkan rasa kebersamaan dan menghormati perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Tidak selalu melihat kesalahan orang lain. Tidak mengidealkan orang untuk selalu sesuai dengan keinginan kita. Tidak saling menjatuhkan, tetapi saling mengisi. Maka akan tercipta kedamaian dalam hidup.

Ini sebuah kisah nyata yang terjadi di Jepang.
Ketika sedang merenovasi sebuah rumah, seseorang mencoba merontokan tembok. Rumah di Jepang biasanya memiliki ruang kosong di antara tembok yang terbuat dari kayu. Ketika tembok mulai rontok, dia menemukan seekor kadal terperangkap di antara ruang kosong itu karena kakinya melekat pada sebuah paku. Dia merasa kasihan sekaligus penasaran. Lalu ketika dia mengecek paku itu, ternyata paku tersebut telah ada disitu 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali dibangun.

Apa yang terjadi? Bagaimana kadal itu dapat bertahan dengan kondisi terperangkap selama 10 tahun?

Dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikitpun, itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal. Orang itu lalu berpikir, bagaimana kadal itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada paku itu!

Orang itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan kadal itu, apa yang dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan. Kemudian, tidak tahu darimana datangnya, seekor kadal lain muncul dengan makanan di mulutnya.

Astaga! Orang itu merasa kaget dan terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor kadal lain yang selalu memperhatikan kadal yang terperangkap itu selama 10 tahun. Sungguh ini sebuah cinta. Cinta yang indah. Cinta dapat terjadi bahkan pada hewan yang kecil seperti dua ekor kadal itu.

Coba bayangkan, kadal itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun. Lalu bagaimana dengan kita pernahkah kita memikirkan hubungan yang terjalin antara keluarga, teman, dan orang-orang di sekitar kita?

Jika seekor kadal saja bisa seperti itu, mengapa kita sebagai manusia tidak bisa melakukan hal yang bermanfaat dan berguna bagi orang lain? Kita dapat mempertahankan hidup berkomunitas dengan saling membantu dan menyokong mereka yang memerlukan. Bagaimana kita sebagai manusia bertindak dalam keluarga dan masyarakat seperti kisah kadal di atas?

Dalam kehidupan bekeluarga dan bermayarakat kita hendaknya saling mengingatkan, saling mencintai, saling menghormati, saling menolong dan menghindari percekcokkan guna menunjang kerukunan dan kebersamaan.

Dalam Anguttara Nikâya ada beberapa cara agar hal ini dapat terwujud, yaitu:
·         Memancarkan cinta kasih dalam perbuatan

·         Memancarkan cinta kasih dalam ucapan

·         Memancarkan cinta kasih dalam pikiran

·         Memberikan kesempatan kepada orang lain untuk ikut menikmati apa yang diperoleh secara benar.

·         Mempunyai tingkah laku yang baik atau menjalankan kemoralan (sîla)

·         Mempunyai ukuran yang sama dengan orang bijaksana megenai pandangan hidup yang benar.


a. Memancarkan cinta kasih dalam perbuatan,
yaitu dengan cara ringan tangan membantu keluarga yang membutuhkan terutama orang tua. Semua itu dilakukan dengan kelembutan dan kasih sayang. Sehingga ada rasa bahagia dan damai, baik bagi yang memberi maupun yang dibantu.

b. Memancarkan cinta kasih dalam ucapan,
yaitu menghindari kata-kata kasar, memfitnah, omong kosong, dan berbohong. Dengan bertutur kata yang ramah dan sopan maka tidak akan timbul pertengkaran maupun keributan dan permusuhan antara anggota keluarga maupun lingkungan sekitar.

c. Memancarkan cinta kasih dalam pikiran,
yaitu dengan selalu melatih pikiran berdasarkan cinta kasih, kasih dan sayang, tidak berpikir buruk maupun berpasangka buruk terhadap orang lain.

d. Memberikan kesempatan kepada orang lain untuk ikut menikmati apa yang diperoleh secara benar,
yaitu dengan cara berdana, sarana atau fasilitas pribadi bisa dinikmati oleh anggota keluarga yang lain. Sehingga akan timbul rasa turut berbahagia terhadap sesama anggota keluarga, sehingga tidak ada iri hati, kikir dan mementingkan diri sendiri.

e. Mempunyai tingkah laku yang baik atau menjalankan kemoralan (sîla),
dengan menjalankan Pañcasîla Buddhis; tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berbuat asusila, tidak mengucapkan kata-kata yang tidak benar, tidak mengkonsumsi makanan/ minuman yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran. Dengan demikian tidak akan ada keributan yang timbul, sehingga sesama anggota keluarga dan lingkungan akan aman.

f. Mempunyai ukuran yang sama dengan orang bijaksana mengenai pandangan hidup yang benar.
Dalam hal ini kita berusaha untuk selalu berpegang pada Buddha Dhamma. Mengerti mana yang baik dan mana yang buruk, tahu mana yang benar dan mana yang salah, bermanfaat dan tidak mermanfaat. Sehingga dapat menjalankan semua kegiatan tanpa bertentangan dengan Dhamma.

Dengan menjalankan keenam hal ini maka kita akan selalu saling mencintai, saling menghormati, saling menolong dan menghindari percekcokkan sehingga menunjang kerukunan dan kebersamaan.

Mari kita semua berusaha untuk selalu mengembangkan keenam hal ini untuk mengembangkan rasa keberamaan mewujudkan kedamaian dan keharmoisan antara sesama.

Seperti nasihat Sang Buddha:

‘Sungguh bahagia
jika kita hidup tanpa membenci di antara orang-orang yang membenci;
di antara orang-orang yang membenci kita hidup tanpa benci.
(Dhammapada, Sukha vagga 197)


Refrensi:
-        www. resensi.net
-        Dhammananda, Sri. 2005. Keyakinan Umat Buddha. Yayasan Penerbit Karaniya.
-        Dhammananda K Sri.Dr . 2005. You & Your Problems. Bogor: Vipassana Giri Ratana.
-        Tim Penyusun. 2003. Pengetahuan Dhamma. Jakarta: CV Dewi Kayana Abadi.
-        Kitab Suci Dhammapada. 2001. Yayasan Dhammadîpa Ârâma


-oOo-





1 komentar:

  1. Mari berpartisipasi dlm diskusi intelektual di blog satriopiningitmuncul.wordpress.com

    BalasHapus