Jumat, Desember 28, 2012

Jalan Tengah


JALAN TENGAH


Jalan Tengah tidak mengarah pada kekekalan diri (sassata) ataupun kemusnahan diri (uccheda).


Secara teoritis, Jalan Tengah yang sering disebut sebagai Jalan Mulia Berunsur Delapan ini dapat dirinci, sebagai berikut:
    
   Pengertian benar
  
Pikiran benar
   »» 
   Kebijaksanaan
   Ucapan benar
   Perbuatan benar
  
Penghidupan benar
   »» 
   Kemoralan
   Usaha benar
   Perhatian benar
  
Konsentrasi benar
   »» 
   Konsentrasi



Pengertian Benar:
Pada hakekatnya adalah pengertian benar tentang Empat Kebenaran Mulia (Cattari Ariya Saccani), yaitu:

1.      Kebenaran mulia tentang penderitaan
2.      Kebenaran mulia tentang sebab penderitaan
3.      Kebenaran mulia tentang terhentinya penderitaan
4.      Kebenaran mulia tentang jalan menuju terhentinya penderitaan

Dalam pengembangannya, pengertian benar ini masing-masing terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1.    Sacca nana, pengetahuan bahwa hal ini adalah kebenaran sejati
2.    Kicca nana, pengetahuan bahwa fungsi tertentu dari kebenaran ini harus dijalankan
3.    Kata nana, pengetahuan bahwa fungsi-fungsi tertentu dari kebenaran ini telah dijalankan

Sehingga semuanya terdiri dari duabelas segi pandangan.

Dengan cara lain, dalam Kitab Uparipannasa, pengertian benar dirinci menjadi lima tingkat, yaitu:

1.     Kammassakata sammaditthi 
Berarti pengertian benar tentang keselarasan perbuatan (kamma niyama) yang pada pokoknya menerangkan bahwa setiap perbuatan akan memberikan akibat yang setimpal; dan setiap mahluk memiliki, mewarisi, terlahir, berhubungan dan terlindung oleh kammanya sendiri.

2.     Vipassana sammaditthi 
Pengertian benar yang timbul setelah penyadaran jeli terhadap jasmani dan batin (rupa dan nama dhamma) Pengertian benar ini tidak dapat diperoleh hanya melalui penghafalan kitab-kitab suci atau pun melalui kecerdasan otak, tetapi timbul dari pengamatan langsung terhadap aktivitas jasmani dan batin sehingga dapat menyadari sifatnya yang anicca, dukkha dan anatta.

3.     Magga sammaditthi 
Pengertian benar berupa pengetahuan dalam perenungan terhadap objek indera dan batin sebagaimana adanya sehingga merealisasi magga nana.

4.     Phala sammaditthi
Pengertian benar berupa pengetahuan dalam perenungan terhadap objek indera dan batin sebagaimana adanya sehingga merealisasi phala nana. Begitu penembusan magga nanaterealisasi, maka langsung diikuti dengan phala nana.

5.     Paccavekkhana samaditthi 
Pengertian benar berupa perenungan setelah phala nana atas perealisasian yang telah dicapai.

Pikiran Benar 
Tidak lain adalah pikiran yang melepaskan kesenangan dunia, dan yang bebas dari kemelekatan serta sifat mementingkan diri sendiri (nekkhamasankappa). Pikiran yang penuh kemauan baik, cinta kasih, kelemahlembutan, dan yang bebas dari itikad jahat, kebencian, dan kemarahan (avyapadasankappa). Dan pikiran yang penuh belas kasihan, dan yang bebas dari kekejaman dan kebengisan (avihimsasankappa).

Ucapan Benar 
Pada dasarnya adalah ucapan yang bukan dusta / bohong, fitnah, kasar, dan kosong. Seseorang yang berpantang atau menghindari ucapan seperti ini berarti telah berlatih berkata benar. Ucapan benar adalah sammavaca virati, salah satu dari 52 jenis faktor batin (cetasika), yang termasuk dalam kelompok pantangan. Seseorang yang berpantang dari ucapan salah, akan melatih atau melaksanakan ucapan yang berisi kebenaran, ucapan yang dapat dipertanggungjawabkan, ucapan yang lemah lembut, dan ucapan yang berguna.

Perbuatan Benar
Adalah perbuatan yang:
·           Bukan pembunuhan terhadap manusia maupun binatang
·           Bukan pencurian atas barang yang berharga / tak berharga yang tak diberikan
·           Bukan perzinahan dengan paksa atau atas dasar suka sama suka

Perbuatan dursila semacam ini dapat terjadi karena kurangnya sifat mulia seperti cinta kasih, belas kasihan dan kepuasan.

Seseorang yang berpantang atau menghindari perbuatan buruk di atas berarti telah melakukan perbuatan benar (sammakammanta virati).

Penghidupan Benar
Sekurang-kurangnya adalah penghidupan yang bukan salah satu, sebagian atau semua, dari lima macam perdagangan yang harus dihindari, yaitu: perdagangan senjata pembunuh, perdagangan budak, perdagangan mahluk yang disembelih (daging atau anggota badan lain), perdagangan minuman keras / obat perangsang / obat bius / narkotika, dan perdagangan racun.

Penipuan yang tidak didasari alasan ekonomi, termasuk ucapan salah. Tetapi jika penipuan itu berkaitan dengan perniagaan sebagai mata pencaharian, tentunya tergolong sebagai penghidupan salah.

Begitu juga, penyimpangan hubungan kelamin dengan orang yang terlarang karena alasan tradisi, pemerintahan, agama, jika bukan sebagai mata pencaharian, termasuk perbuatan salah, namun praktik prostitusi tentunya terjajar dalam deretan mata pencaharian yang tergolong sebagai penghidupan salah.

Sementara itu, perdagangan yang melanggar hukum juga dapat dianggap sebagai penghidupan salah.

Bagi para Bhikkhu, penghidupan benar adalah penghidupan yang bersih dari praktik seperti menjadi tukang ramal, dukun, tukang teluh, pesuruh, dan yang bukan merupakan hasil perniagaan dalam bentuk apa pun.

Seperti halnya ucapan benar dan perbuatan benar, penghidupan benar juga dilatih dan dilaksanakan melalui penghindaran atau pantangan (viraati cetasika). Seseorang yang telah menghindari atau berpantang melakukan penghidupan salah berarti telah melaksanakan penghidupan benar.

Usaha Benar 
Terdiri dari:
1.   Samvarappadhana, usaha benar dalam mencegah timbulnya hal jahat dan tidak baik yang belum muncul ketika menerima suatu bentuk melalui mata, suara melalui telinga, bau melalui hidung, rasa melalui lidah, sentuhan melalui tubuh, atau kesan melalui pikiran.

2.   Pahanappadhana, usaha benar dalam mengatasi hal jahat dan tidak baik yang sudah muncul seperti: nafsu indera, itikad jahat, dan lainnya.

3.   Bhavanappadhana, usaha benar dalam mengembangkan hal baik yang belum muncul, yaitu unsur-unsur pencerahan agung (bojjhanga) yang terdiri dari: perhatian (sati), penyelidikan Dhamma (dhammavicaya), semangat (viriya), kegiuran (piti), ketenangan (passadhi), konsentrasi (samadhi), dan keseimbangan batin (upekkha).

4.   Anurakkhappadhana, usaha benar dalam mempertahankan hal baik yang telah muncul antara lain, yaitu pemusatan batin pada suatu objek meditasi.

Perhatian Benar 
Secara garis besar, berisikan empat landasan pengembangan perhatian murni (satipatthana), yang harus dibangun dengan merenungkan:

1.      Jasmani (kayanupassana)
2.      Perasaan (vedananupassana)
3.      Kesadaran (cittanupassana)
4.      Gejala dan Objek batin (dhammanupassana)

Pelaksanakan empat macam perenungan ini dapat menghapus tuntas:

1.      Kekhayalan atas kesenangan (sukhavipallasa)
2.      Kekhayalan atas kelanggengan (niccavipallasa)
3.      Kekhayalan atas adanya diri/kepemilikan (attavipallasa)

Konsentrasi Benar 
Konsentrasi yang merupakan penunggalan pikiran pada satu objek (cittekkaggata) ini mempunyai dua jenis tingkat pengembangan, yaitu:

1.      Upacara samadhi, konsentrasi mendekati - jhana
2.      Appana samadhi, konsentrasi penuh di dalam objek - pencapaian jhana

Dalam pencapaian kedua tingkatan di atas, lima rintangan batin (nafsu indera, itikad jahat, kemalasan dan kelambanan batin, kegelisahan dan kekhawatiran batin, serta keraguan skeptis) dapat diendapkan, namun belum dikikis / dihancurkan.

Dengan bersumber acuan pada naskah Pali, Bhikkhu Nyanatiloka, menuliskan dalam bukunya "The Word of the Buddha" bahwa ungkapan figurative "jalan" atau "cara" seringkali disalahmengertikan dengan menganggapnya bahwa faktor-faktor tunggal dari jalan tengah harus dilatih satu per satu sesuai dengan urutannya.

Dalam hal ini, pengertian benar, yaitu penembusan kebenaran yang sempurna, harus disadari lebih dahulu sebelum seseorang dapat berpikir tentang pengembangan pikiran benar, atau tentang pelaksanaan ucapan benar dan seterusnya.

Kenyataannya, tiga faktor (3 - 5) yang membentuk moralitas (sila) haruslah sempurna lebih dulu, karena ini merupakan landasan jalan tengah; baru setelah itu, seseorang dapat mahir di dalam latihan batin yang sistematis dengan mengembangkan tiga faktor (6 - 8) yang membentuk bagian konsentrasi (samadhi).

Hanya setelah persiapan inilah, sifat dan batin seseorang akan sanggup meraih kesempurnaan dalam dua faktor yang pertama (1 - 2); yang membentuk bagian kebijaksanaan (panna).

Dengan kalimat yang lebih sederhana, dapatlah dikatakan bahwa tanpa melaksanakan kelompok moralitas, tidaklah mungkin seseorang dapat meningkatkan kelompok konsentrasi. Dengan tidak meningkatnya kelompok konsentrasi, kelompok kebijaksanaan tidak mungkin akan berkembang.

Kendati demikian, pengertian benar mula-mula yang paling rendah diperlukan pada langkah yang sangat awal karena beberapa pengertian tentang kenyataan-kenyataan penderitaan, dan sebagainya, diperlukan untuk melengkapi alasan-alasan yang meyakinkan; dan sebagai pemacu untuk melaksanakan Jalan Tengah dengan giat. Pengertian benar dalam ukuran tertentu juga diperlukan untuk membantu faktor lain Jalan Tengah dalam memenuhi fungsinya sendiri dengan cermat dan telak dalam tugas bersama, mencapai kebebasan mutlak. Karena alasan ini, dan untuk menekankan betapa penting peranannya, pengertian benar diberi tempat pertama dalam Jalan Tengah.

Jadi, pengertian benar sesungguhnya adalah awal dan juga puncak dari Jalan Tengah.


Disusun oleh: Dhamma Study Group Bogor


-oOo-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar