Jumat, Desember 21, 2012

Hidup Ada di Tangan Kita


HIDUP ADA DI TANGAN KITA
Oleh : Arvan Pradiansyah

Hidup kita ini akan terasa lebih indah kalau kita menyadari bahwa hidup ada di tangan kita sendiri bukan di tangan orang lain. Kitalah yang mengendalikan hidup kita. Kita sebenarnya dapat mengubah nasib kita kalau kita mau. Mengubah nasib senantiasa dimulai dengan merubah pikiran kita yaitu paradigma kita dalam melihat dunia.

Agar hidup benar-benar ada di tangan kita. Ada beberapa paradigma yang perlu kita ubah. 

Pertama, dalam menghadapi masalah dan kesulitan cobalah untuk menanyakan “Apa” bukannya “Mengapa”. Menanyakan “Apa” akan membuat diri kita lebih berdaya, sementara menanyakan “Mengapa” akan membuat kita semakin merasa tak berdaya. Bertanyalah pada diri sendiri, “Apa yang bisa saya lakukan dalam situasi ini,” bukannya, “Mengapa situasi ini terjadi.”

Kedua, sadarilah bahwa yang paling sering membuat segala sesuatunya runyam bukanlah peristiwa dan masalah yang kita hadapi melainkan respon kita terhadap situasi tersebut. Kualitas seseorang bukanlah ditentukan oleh stimulus yang datang kepadanya tetapi oleh respon yang ia berikan terhadap stimulus tersebut.

Ketiga, kita perlu menyadari bahwa walaupun kita tidak selalu dapat memilih lingkungan kita, kita senantiasa dapat memilih respon dan tindakan kita sendiri. Kita memiliki kemampuan untuk melakukan respon  terhadap situasi apapun.

Ke empat, Walaupun kita dapat memilih tindakan apapun yang akan kita lakukan tetapi kita tidak dapat memilih akibat dari konsekuensinya. Semua itu diatur oleh hukum alam yang berlaku dimana saja, kapan saja dan untuk siapa saja. Karena itu kita perlu selalu menyesuaikan tindakan kita dengan hukum alam.

Kelima, hidup akan selalu ada di tangan kita kalau kita mampu memisahkan stimulus dan responnya. Untuk itu kita perlu menyadari adanya ruangan di antara stimulus dan respon, dan dalam ruangan tersebut kita mempunyai kebebasan untuk memilih. Dengan menyadari hal ini kitalah yang akan mengontrol, bukannya membiarkan stimulus-stimulus tersebut mengontrol kita.

Keenam, kita perlu mengubah paradigma kita dari “Memiliki” menjadi “Menjadi”. Dalam paradigma memiliki, kebahagiaan kita tergantung dari apa yang kita miliki. Padahal apapun yang kita miliki mudah hilang. Lantas apa yang akan terjadi dengan kita kalau semua yang kita miliki itu hilang. Kita akan terombang ambing dan kehilangan pegangan.

Paradigma “Menjadi” amatlah berbeda dengan paradigma “memiliki”. Dalam paradigma “Menjadi” kita menggantungkan kebahagiaan tersebut pada apa di dalam. Ini akan membuat kita benar-benar merdeka yaitu lepas dari ketergantungan terhadap apapun yang ada di luar. Kunci kebahagiaan hidup adalah apa yang ada di dalam. Karena itu apapun yang terjadi di luar tidaklah akan selalu menggelisahkan kita.

-oOo-




Tidak ada komentar:

Posting Komentar