Sabtu, Desember 01, 2012

Sutta Tentang Pemutaran Roda Dhamma


SUTTA TENTANG PEMUTARAN RODA DHAMMA
( Dhammacakkappavattana Sutta )

Dhammacakkappavattana Sutta merupakan ajaran pertama Sang Buddha kepada lima siswa pertama ( 'Pancavaggiya-bhikkhu': Kondanna, Vappa, Bhaddiya, Mahanama dan Assaji) di Taman Rusa Isipatana, Baranasi (Benares). Peristiwa pembabaran khotbah (Sutta) pertama ini kini kita peringati sebagai hari Asadha. Khotbah ini berisi tentang Jalan Mulia Berunsur Delapan sebagai jalan praktek untuk mencapai kebahagiaan sejati, Nibbana, dan Empat Kebenaran Mulia sebagai kebenaran sejati yang harus disadari guna mencapai Penerangan Sempurna. Sutta ini dapat ditemukan dalam Mahavagga, bagian dari Vinaya Pitaka, dan Samyutta Nikaya, bagian dari Sutta Pitaka.

*****

Demikianlah telah saya dengar.

Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berdiam di Taman Rusa di Isipatana, dekat Baranasi. Saat itu Sang Bhagava berkhotbah kepada kelompok lima bhikkhu sebagai berikut:

“Para Bhikkhu, ada dua hal yang berlebihan (ekstrim), yang tidak patut dijalankan oleh mereka yang telah meninggalkan rumah sebagai petapa, yakni :

Menuruti kesenangan hawa nafsu terhadap hal-hal yang menimbulkan hawa nafsu, yang rendah, duniawi, yang dilakukan oleh mereka yang bodoh, yang tidak luhur dan tidak berfaedah,

Melakukan penyiksaan diri, yang menyakitkan, yang tidak luhur, dan tidak berfaedah.

Para Bhikkhu, setelah meninggalkan kedua hal yang berlebihan (ekstrim) ini , Jalan Tengah (Majjhima patipada) yang telah sempurna diselami oleh Tathagata, yang membuka mata batin, menimbulkan pengetahuan, membawa ketenangan, menghasilkan kekuatan batin, kesadaran agung, dan pencapaian Nibbana.

Para Bhikkhu, Apakah Jalan Tengah, yang telah sempurna diselami oleh Tathagata, yang membuka mata batin, yang menimbulkan pengetahuan, yang membawa ketenangan, menghasilkan kekuatan batin, kesadaran agung, dan pencapaian Nibbana itu ?

Itu adalah Jalan Ariya Berunsur Delapan (ariya atthangika magga), yaitu :

Pandangan benar ( Sammaditthi ),
Pikiran benar ( Sammasankappa ),   
Ucapan benar ( Sammavaca ),
Perbuatan benar ( Sammakammanta )
Pencaharian benar ( Samma-ajiva,),            
Daya upaya benar ( Sammavayama ),   
Perhatian benar ( Sammasati ),          
Konsentrasi benar ( Sammasamadhi ).

Para Bhikkhu, itulah Jalan tengah yang telah sempurna diselami oleh Tathagata, yang membuka mata batin, yang menimbulkan pengetahuan, yang membawa ketenangan, menghasilkan kekuatan batin, kesadaran agung, dan pencapaian Nibbana.

Para Bhikkhu, Kebenaran Ariya tentang Dukkha (dukkha ariyasacca) , yakni :

Kelahiran adalah dukkha ( jatipi dukkha ), 
Usia tua adalah dukkha ( jarapi dukkha ), 
Kematian adalah dukkha ( maranampi dukkham ), 
Kesedihan, ratap-tangis, penderitaan (jasmani), kepedihan hati, dan keputus-asaan adalah dukkha ( sokaparidevadukkha-domanassupayasapi dukkha ),
Berkumpul dengan yang tidak disenangi adalah dukkha ( appiyehi sampayaga dukkha),
Terpisah dari yang dicintai adalah dukkha ( piyehi vippayogo dukkho ). 
Tidak memperoleh apa yang diinginkan adalah dukkha ( yampiccham na labhati tampi dukkham ),
Singkatnya Lima Kelompok Kemelekatan (Pancakkhandha) adalah dukkha ( sankhittena pancupadanakkhandha dukkha ).

Para Bhikkhu, Kebenaran Ariya tentang asal mula dukkha (dukkhasamudaya ariyasacca), yaitu : Keinginan (tanha) inilah yang menyebabkan kelahiran kembali, disertai dengan hawa nafsu yang menemukan kesenangan di sana-sini, yaitu :

Keinginan memuaskan nafsu indrawi ( Kamatanha ).
Keinginan untuk "menjadi"  ( Bhavatanha ).
Keinginan untuk memusnahkan diri ( Vibhavatanha ).

Para bhikkhu, Kebenaran Ariya tentang Akhir Dukkha (dukkhanirodha ariyasacca), yaitu terhentinya semua hawa nafsu tanpa sisa, terlepas, bebas, terpisah sama sekali dari keinginan tersebut.

Para bhikkhu, Kebenaran Ariya tentang Jalan menuju Akhir Dukkha (dukkhanirodha gaminipatipada ariyasacca), yaitu :

Pandangan benar ( Sammaditthi ),
Pikiran benar ( Sammasankappa ),   
Ucapan benar ( Sammavaca ),
Perbuatan benar ( Sammakammanta )
Pencaharian benar ( Samma-ajiva,),            
Daya upaya benar ( Sammavayama ),   
Perhatian benar ( Sammasati ),          
Konsentrasi benar ( Sammasamadhi ).

Inilah Kebenaran Mulia tentang Dukkha. Para bhikkhu, demikianlah dhamma yang belum pernah  kudengar sebelumnya , menjadi terang dan jelas , timbullah pandangan (cakkhu), timbullah pengetahuan (nana), timbullah kebijaksanaan (panna), timbullah penembusan (vijja), dan timbullah penerangan (aloka).

Kebenaran Mulia tentang Dukkha ini harus dimengerti (parinneyya). Para bhikkhu, demikianlah dhamma yang belum pernah ku dengar sebelumnya, menjadi terang dan jelas, timbullah pandangan, timbullah pengetahuan, timbullah kebijaksanaan, timbullah penembusan dan timbullah penerangan.                                                                                                                                                    

Kebenaran Mulia tentang Dukkha ini telah dimengerti (parinneyya). Para bhikkhu, demikianlah dhamma yang belum pernah ku dengar sebelumnya, menjadi terang dan jelas, timbullah pandangan, timbullah pengetahuan, timbullah kebijaksanaan, timbullah penembusan dan timbullah penerangan.

Inilah Kebenaran Mulia tentang Asal Mula Dukkha. Para bhikkhu, demikianlah dhamma yang belum pernah  kudengar sebelumnya , menjadi terang dan jelas , timbullah pandangan (cakkhu), timbullah pengetahuan (nana), timbullah kebijaksanaan (panna), timbullah penembusan (vijja), dan timbullah penerangan (aloka).

Kebenaran Mulia tentang Asal Mula Dukkha ini harus dilenyapkan (pahatabba). Para bhikkhu, demikianlah dhamma yang belum pernah ku dengar sebelumnya, menjadi terang dan jelas, timbullah pandangan, timbullah pengetahuan, timbullah kebijaksanaan, timbullah penembusan dan timbullah penerangan.    

Kebenaran Mulia tentang Asal Mula Dukkha ini telah dilenyapkan. Para bhikkhu, demikianlah dhamma yang belum pernah ku dengar sebelumnya, menjadi terang dan jelas, timbullah pandangan, timbullah pengetahuan, timbullah kebijaksanaan, timbullah penembusan dan timbullah penerangan

Inilah Kebenaran Mulia tentang Akhir Dukkha. Para bhikkhu, demikianlah dhamma yang belum pernah  kudengar sebelumnya , menjadi terang dan jelas , timbullah pandangan (cakkhu), timbullah pengetahuan (nana), timbullah kebijaksanaan (panna), timbullah penembusan (vijja), dan timbullah penerangan (aloka).

Kebenaran Mulia tentang Akhir Dukkha ini harus dilaksanakan (sacchikatabba). Para bhikkhu, demikianlah dhamma yang belum pernah ku dengar sebelumnya, menjadi terang dan jelas, timbullah pandangan, timbullah pengetahuan, timbullah kebijaksanaan, timbullah penembusan dan timbullah penerangan.    

Kebenaran Mulia tentang Akhir Dukkha ini telah dilaksanakan. Para bhikkhu, demikianlah dhamma yang belum pernah ku dengar sebelumnya, menjadi terang dan jelas, timbullah pandangan, timbullah pengetahuan, timbullah kebijaksanaan, timbullah penembusan dan timbullah penerangan.

Inilah Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Akhir Dukkha. Para bhikkhu, demikianlah dhamma yang belum pernah  kudengar sebelumnya , menjadi terang dan jelas , timbullah pandangan (cakkhu), timbullah pengetahuan (nana), timbullah kebijaksanaan (panna), timbullah penembusan (vijja), dan timbullah penerangan (aloka).

Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Akhir Dukkha ini harus dikembangkan (bhavetabba). Para bhikkhu, demikianlah dhamma yang belum pernah ku dengar sebelumnya, menjadi terang dan jelas, timbullah pandangan, timbullah pengetahuan, timbullah kebijaksanaan, timbullah penembusan dan timbullah penerangan.    

Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Akhir Dukkha ini telah dikembangkan. Para bhikkhu, demikianlah dhamma yang belum pernah ku dengar sebelumnya, menjadi terang dan jelas, timbullah pandangan, timbullah pengetahuan, timbullah kebijaksanaan, timbullah penembusan dan timbullah penerangan

Demikianlah selama pengetahuan dan pengertianku belum sempurna dan suci mengenai Empat kebenaran Mulia sebagaimana adanya (yathabhuta nanadassana)  , yang masing-masing dalam  tiga tahap dan dalam dua belas segi pandangannya, maka pada saat itu para bhikkhu, Aku tidak menyatakan kepada dunia, kepada para dewa, para mara, para brahma, para petapa, para brahmana dan manusia, bahwa Aku telah mencapai Penerangan Agung.

Ketika Pengetahuan dan Pengertianku telah sempurna dan suci mengenai Empat kebenaran Mulia sebagaimana adanya (yathabhuta nanadassana) , yang masing-masing dalam tiga tahap dan dalam dua belas segi pandangannya, maka pada saat itu para bhikkhu, Aku menyatakan kepada dunia, kepada para dewa, para mara, para brahma, para petapa, para brahmana dan manusia, bahwa Aku telah mencapai Penerangan Agung (Anuttara Sammasambodhi).

Timbullah dalam diriku pengetahuan dan pengertian (nana dassana), “ Tak tergoncangkan kebebasan batin-Ku (Cetovimuti). Inilah kelahiran yang terakhir dan tidak ada lagi kelahiran kembali bagiku”.

Demikianlah Sabda Sang Bhagava; dan kelima bhikkhu itu (Pancavaggiya) merasa puas serta mengerti kata-kata Sang Bhagava..

Ketika sabda ini sedang disampaikan, timbullah pada Yang Ariya Kondanna Mata Dhamma (Dhammacakkhu) yang bersih tanpa noda bahwa , “Segala sesuatu muncul karena ada sebabnya; segala sesuatu lenyap karena penyebabnya lenyap.” (Yankinci samudayadhammam, sabbantam nirodhadhammam).

Ketika Roda Dhamma (Dhammacakka) telah diputar oleh Sang Bhagava, para dewa bumi berseru serempak : “ Di Isipatana Migadaya, dekat kota Baranasi, Sang Bhagava telah memutar Roda Dhamma yang tiada bandingnya, yang tidak dapat dihentikan oleh seorang samana, brahmana, dewa, mara, brahma maupun oleh siapa pun di sunia “.

Setelah mendengar kata-kata para dewa bhumi , maka para dewa Catumaharajika, berseru serempak : “ Di Isipatana Migadaya, dekat kota Baranasi, Sang Bhagava telah memutar Roda Dhamma yang tiada bandingnya, yang tidak dapat dihentikan oleh seorang samana, brahmana, dewa, mara, brahma maupun oleh siapa pun di dunia “.

Setelah mendengar kata-kata para dewa Catumaharajika, maka para dewa surga Tavatimsa, Yama , Tusita , Nimmanarati , Paranimmitavasavatti  dan para dewa alam-alam Brahma, juga berseru : “ Di Isipatana Migadaya , dekat kota Baranasi, Sang Bhagava telah memutar Roda Dhamma yang tiada bandingnya, yang tidak dapat dihentikan oleh seorang samana, brahmana, dewa, mara, brahma maupun oleh siapa pun di dunia “.

Demikianlah pada saat itu juga, seketika itu juga, dalam waktu yang sangat singkat suara itu menembus alam-alam Brahma. Sepuluh ribu tata surya, bergetar, bergoyang disertai bunyi gemuruh, dan cahaya gilang-gemilang yang tiada taranya yang melebihi cahaya kemegahan para dewa terlihat di dunia.  

Pada saat itu, Sang bhagava bersabda : “ Kondanna telah mengerti, Kondanna telah mengerti !“. (Annasi vata bho Kondanna, annasi vata bho Kondanna)

Demikianlah mulanya bagaimana Yang Ariya Kondanna memperoleh nama julukan “ Anna Kondanna” ( Kondanna yang Mengerti)

( SN. 56.11 : Dhammacakkappavattana Sutta)

-oOo-




Tidak ada komentar:

Posting Komentar