Jumat, Desember 21, 2012

Jangan Menyesali Pikiran yang Sudah Lewat


JANGAN MENYESALI PIKIRAN YANG SUDAH LEWAT
Oleh : Master Chenyen

Sebagai seorang penganut agama Buddha, sebenarnya yang kita cari adalah mengkondisikan keadaan pikiran dan tidak menyesali perbuatan ucapan yang dilakukan oleh pikiran pada waktu yang sudah terlewati. Hanya dengan cara ini kita dapat memiliki pikiran yang mantap untuk meneruskan pengembangan ajaran agama Buddha. Jika kita selalu menyesali kesalahan-kesalahan kita dimasa lalu, memikirkan hal-hal buruk yang telah kita lakukan atau ucapkan, maka kita tidak akan dapat konsentrasi pada masa sekarang. Jika kita mencoba untuk mengerti pikiran orang lain tanpa terlebih dahulu mengerti pikiran diri sendiri, kita akan lebih mudah menyimpang dari ajaran Sang Buddha dan akan menampak menuju jalan kejahatan.

Sikap yang benar dalam mempelajari Buddha Dharma adalah dengan melihat pada kenyataan hidup sekarang ini. Kita harus tahu dan menilai seberapa besar potensi yang ada dalam diri kita, serta bagaimana kita dapat menggunakannya untuk menolong mahluk lain.

Ada suatu cerita sebagai berikut. Terdapat sebuah Vihara tua, pada halaman depannya terdapat sebuah kolam dan banyak terdapat katak yang hidup bermain di air. Katak-katak tersebut kadangkala melompat menyelam ke dalam kolam dan tinggal di dalamnya. Terkadang  juga melompat keluar kolam untuk melihat-lihat dunia. Banyak penganut agama Buddha datang ke Vihara tersebut untuk membakar dupa, membaca sutra, dll. Kadangkala mereka berjalan disekitar altar dan melafalkan nama Buddha dengan menggunakan tasbih. Saat itu katak-katak tersebut berada diluar kolam dan melihat para penganut Buddha berjalan dengan anggun, mereka berharap dapat melakukan hal yang sama.    

Salah satu dari katak tersebut melompat ke dalam altar pada saat orang-orang bernamaskara di depan Buddha rupang. Katak diatas altar turut berdoa dengan sungguh sungguh  dan tulus, agar Sang Buddha dapat juga mengabulkan permintaan katak untuk dapat berdiri dengan dua kaki dan berjalan seperti manusia. Seorang dewa penghuni Vihara tergerak hati, karena ketulusan katak tersebut, kemudian mengabulkan permintaannya. Si Katak akhirnya senang bercampur bangga, karena doa nya terkabul, dapat berjalan dengan dua kaki, sedangkan katak lainnya masih melompat dengan menggunakan empat kaki.

Pada suatu hari, tiba-tiba muncul seekor ular. Hampir semua katak masuk kedalam kolam untuk bersembunyi dari kejaran ular. Katak yang dapat berjalan seperti manusia, juga merasa cemas dan takut, karena hanya dapat berjalan dengan dua kaki layaknya manusia, tidak tangkas dalam melompat seperti teman-temannya. Sehingga kemampuannya berkurang, lalu si ular dengan cepat memangsa katak yang hanya berjalan dengan dua kaki. Pada saat di mulut ular, katak meronta-ronta kesakitan sambil berpikir dan merenung dengan penyesalan yang mendalam,” mengapa saya mengorbankan kemampuan saya untuk melompat, hanya karena ingin dapat berjalan seperti manusia. Kini hidup saya berakhir ditelan dalam mulut seekor ular. Namun sekarang saya sudah terlambat untuk kata menyesal”.                

Walaupun hanya cerita anak-anak (jataka), hal lain yang terkandung dalam penyampaian tulisan ini memberi makna peringatan yang baik buat kita. Jika kita kembali mempelajari Buddha Dharma, sebelumnya kita harus menemukan kembali sifat dasar dan kemampuan kita. Dan janganlah selalu mencari sesuatu yang berada diluar jangkauan kita, yang pada akhirnya menemui kegagalan. Beberapa orang telah mengatakan bahwa mereka ingin mempelajari jalan menuju pencerahan, tetapi sebaliknya, mereka kehilangan jati dirinya dan mengejar kekuatan supranatural berlanjut memasuki kerajaan setan. Bukan hanya pikiran mereka yang menjadi kacau, tetapi dari mereka akan kehilangan kesempatan untuk mengembangkan kebijaksanaan. Hal ini tentulah sangat menyedihkan.

Maksud yang sesungguhnya dalam mempelajari Buddha Dharma adalah mengaplikasikan ajaran Buddha dalam realita kehidupan sehari-hari. Dengan mempergunakan metode ajaran Buddha sebagai embun pagi yang dapat membersihkan kebodohan dan noda batin pada pikiran kita. Tujuan utama dalam mempelajari agama Buddha adalah mengimple- mentasikan kehidupan yang selama ini di sia-siakan dan menyadari keterbatasan kita dalam cinta kasih. Sesuatu hal yang amat keliru apabila berpikir dalam belajar agama Buddha untuk mencari kekuatan supranatural.

Akhir kata, semoga kita semua dapat memahami diri dan dapat melaksanakan dengan baik. Jika gagal melakukan, biarpun terus menerus melatih pengembangan spritual, kita akan sulit untuk memperoleh kebenaran. Sebenarnya, yang terdekat ada dalam diri kita, tetapi seringkali kita lupakan dan malah mencari apa yang ada diluar diri kita. Mata kita dapat melihat orang lain dengan jelas tetapi tidak dapat bercermin melihat wajah kita sendiri. Mengapa yang terdekat dengan kita seringkali dilupakan atau tidak terlihat.

Dalam mempelajari agama Buddha, kita sudah seharusnya memulai dari yang terdekat, yakni memilih jalan yang paling mudah, kemudian berupaya memberdayakan potensi kita yang ada untuk menolong yang memerlukan. Ingatlah bahwa kita tidak boleh melupakan yang terdekat dengan kita dan mencari sesuatu diluar jangkauan kita.   


-oOo-




Tidak ada komentar:

Posting Komentar