JANGAN MENYESALI
PIKIRAN YANG SUDAH LEWAT
Oleh : Master
Chenyen
Sebagai
seorang penganut agama Buddha, sebenarnya yang kita cari adalah mengkondisikan
keadaan pikiran dan tidak menyesali perbuatan ucapan yang dilakukan oleh
pikiran pada waktu yang sudah terlewati. Hanya dengan cara ini kita dapat
memiliki pikiran yang mantap untuk meneruskan pengembangan ajaran agama Buddha.
Jika kita selalu menyesali kesalahan-kesalahan kita dimasa lalu, memikirkan
hal-hal buruk yang telah kita lakukan atau ucapkan, maka kita tidak akan dapat
konsentrasi pada masa sekarang. Jika kita mencoba untuk mengerti pikiran orang
lain tanpa terlebih dahulu mengerti pikiran diri sendiri, kita akan lebih mudah
menyimpang dari ajaran Sang Buddha dan akan menampak menuju jalan kejahatan.
Sikap yang benar
dalam mempelajari Buddha Dharma adalah dengan melihat pada kenyataan hidup
sekarang ini. Kita harus tahu dan menilai seberapa besar potensi yang ada dalam
diri kita, serta bagaimana kita dapat menggunakannya untuk menolong mahluk
lain.
Ada suatu cerita
sebagai berikut. Terdapat sebuah Vihara tua, pada halaman depannya terdapat
sebuah kolam dan banyak terdapat katak yang hidup bermain di air. Katak-katak
tersebut kadangkala melompat menyelam ke dalam kolam dan tinggal di dalamnya.
Terkadang juga melompat keluar kolam
untuk melihat-lihat dunia. Banyak penganut agama Buddha datang ke Vihara
tersebut untuk membakar dupa, membaca sutra, dll. Kadangkala mereka berjalan
disekitar altar dan melafalkan nama Buddha dengan menggunakan tasbih. Saat itu
katak-katak tersebut berada diluar kolam dan melihat para penganut Buddha
berjalan dengan anggun, mereka berharap dapat melakukan hal yang sama.
Salah satu dari katak
tersebut melompat ke dalam altar pada saat orang-orang bernamaskara di depan
Buddha rupang. Katak diatas altar turut berdoa dengan sungguh sungguh dan tulus, agar Sang Buddha dapat juga
mengabulkan permintaan katak untuk dapat berdiri dengan dua kaki dan berjalan
seperti manusia. Seorang dewa penghuni Vihara tergerak hati, karena ketulusan
katak tersebut, kemudian mengabulkan permintaannya. Si Katak akhirnya senang
bercampur bangga, karena doa nya terkabul, dapat berjalan dengan dua kaki,
sedangkan katak lainnya masih melompat dengan menggunakan empat kaki.
Pada suatu hari,
tiba-tiba muncul seekor ular. Hampir semua katak masuk kedalam kolam untuk
bersembunyi dari kejaran ular. Katak yang dapat berjalan seperti manusia, juga
merasa cemas dan takut, karena hanya dapat berjalan dengan dua kaki layaknya
manusia, tidak tangkas dalam melompat seperti teman-temannya. Sehingga
kemampuannya berkurang, lalu si ular dengan cepat memangsa katak yang hanya
berjalan dengan dua kaki. Pada saat di mulut ular, katak meronta-ronta
kesakitan sambil berpikir dan merenung dengan penyesalan yang mendalam,”
mengapa saya mengorbankan kemampuan saya untuk melompat, hanya karena ingin
dapat berjalan seperti manusia. Kini hidup saya berakhir ditelan dalam mulut
seekor ular. Namun sekarang saya sudah terlambat untuk kata menyesal”.
Walaupun hanya cerita
anak-anak (jataka), hal lain yang terkandung dalam penyampaian tulisan ini
memberi makna peringatan yang baik buat kita. Jika kita kembali mempelajari
Buddha Dharma, sebelumnya kita harus menemukan kembali sifat dasar dan
kemampuan kita. Dan janganlah selalu mencari sesuatu yang berada diluar
jangkauan kita, yang pada akhirnya menemui kegagalan. Beberapa orang telah
mengatakan bahwa mereka ingin mempelajari jalan menuju pencerahan, tetapi
sebaliknya, mereka kehilangan jati dirinya dan mengejar kekuatan supranatural
berlanjut memasuki kerajaan setan. Bukan hanya pikiran mereka yang menjadi
kacau, tetapi dari mereka akan kehilangan kesempatan untuk mengembangkan
kebijaksanaan. Hal ini tentulah sangat menyedihkan.
Maksud yang
sesungguhnya dalam mempelajari Buddha Dharma adalah mengaplikasikan ajaran
Buddha dalam realita kehidupan sehari-hari. Dengan mempergunakan metode ajaran
Buddha sebagai embun pagi yang dapat membersihkan kebodohan dan noda batin pada
pikiran kita. Tujuan utama dalam mempelajari agama Buddha adalah mengimple-
mentasikan kehidupan yang selama ini di sia-siakan dan menyadari keterbatasan
kita dalam cinta kasih. Sesuatu hal yang amat keliru apabila berpikir dalam
belajar agama Buddha untuk mencari kekuatan supranatural.
Akhir kata, semoga
kita semua dapat memahami diri dan dapat melaksanakan dengan baik. Jika gagal
melakukan, biarpun terus menerus melatih pengembangan spritual, kita akan sulit
untuk memperoleh kebenaran. Sebenarnya, yang terdekat ada dalam diri kita,
tetapi seringkali kita lupakan dan malah mencari apa yang ada diluar diri kita.
Mata kita dapat melihat orang lain dengan jelas tetapi tidak dapat bercermin
melihat wajah kita sendiri. Mengapa yang terdekat dengan kita seringkali
dilupakan atau tidak terlihat.
Dalam mempelajari
agama Buddha, kita sudah seharusnya memulai dari yang terdekat, yakni memilih
jalan yang paling mudah, kemudian berupaya memberdayakan potensi kita yang ada
untuk menolong yang memerlukan. Ingatlah bahwa kita tidak boleh melupakan yang
terdekat dengan kita dan mencari sesuatu diluar jangkauan kita.
-oOo-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar